Berdasarkan
jurnal tentang “Konseling Online Sebagai Salah Satu Bentuk Pelayanan
E-konseling”. Terdapat gambarana mengenai apa itu E-konseling. Istilah tersebut
berasala dari Bahasa Inggris E-Counselling (electronic counseling) yang secara
singkat dapat diartikan yaitu proses penyenggaraan konseling secara elektronik.
Cikal bakal berdirinya istilah e-counseling berawal dari penyelenggaraan
konseling online pada decade 1960-1970. Sedangkan di Indonesia sendiri istilah
tersebut masih jarang terdengar di telinga kita. Konseling Online mempuyani
beberapa tahapan yaitu, Tahap I (Persiapan) mencakup aspek teknis penggunaan
perangkat keras dan lunak yang mendukung penyelenggaraan konseling online. Tahap
II ( Proses Konseling) Tahapan konseling online tidak jauh berbeda dengan
tahapan proses konseling face-to-face (FtF). Tahap III ( Pasca Konseling) yaitu
tahap pasca proses konseling online. Media yang dibutuhkan yaitu, Website/situs,
Telephone/ Hand phone, Email, Chat , Instant Messaging dan Jejaring Sosial, Video
conferencing. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa walaupun responden
memandang positif konseling online, namun konselor sendiri mengaku lebih suka
tatap muka konseling untuk memberikan jasa mereka kepada klien, meskipun
demikian Penelitian tersebut juga memberikan catatan bahwa kedepan akan semakin
banyak orang akan terus mencari ke internet sebagai sumber daya untuk menangani
kesehatan mental mereka. Tetapi terdapat beberapa kelemahan diantaranya, konseling
sangat tergantung dengan dukungan media, jika media yang digunakan tidak
bermasalah, konseling akan lancar untuk dilakukan. Namun sebaliknya konseling
online bisa saja terputus dan bahkan tidak dapat terselenggara dengan matinya
listrik, koneksi terganggu , atau rusaknya perangkat yang digunakan.
Berdasarkan
penelitian saudara Maryo dan Dhani, tentang Model Konseling Pastoral Berbasis
E-Crm. Kita mendapat gambaran tentang e-CRM danI i-CPRF. e-CRM (Electronic
Customer Relationship Management) merupakan konsep yang serupa dengan CRM akan
tetapi, e-CRM lebih focus terhadap pemanfaatan teknologi, yakni teknologi internet
dengan fasilias yang interaktif kepada pelanggan dan organisasi bisnis dan
terjadi integrasi antara front-end dan back-end (Chandra et al, 2004). Dan CRM
yang diterapkan dengan peralatanperalatan teknologi yang mengisinkan
angotaanggota dari berbagai bagian departemen dari suatu organisasi untuk
menggabungkan, disseminate dan memberikan informasi pelanggan dengan bagian departemen
melalui seluruh bagian perusahaan (Outland dan Johnston, 2003). konseling
pastoral adalah upaya pendampingan yang bersifat membimbing dan memperbaiki
(reparative), serta membawa pemulihan dan kesembuhan (psikoterapi) dalam konflik
dan penderitaan yang paling dalam, yang menghalang-halangi pertumbuhan
kepribadian, spiritualitas dan karakter anggota Jemaat. baginya i-CPRF adalah
Proses i-Counseling Pastoral Relationship Follower (i-CPRF), I memiliki artian
internet dan individual. Pengertiannya adalah bagaimana Gereja menjalanin hubungan
baik dengan jemaat melalui media internet untuk berkomunikasi agar mampu
menjawab persoalan-persoalan jemaat karena maju mundurnya sebuah pelayanan
Gereja dilihat dari pendekatan strateginya yaitu menjawab kebutuhan jemaat. Maka
dengan menjadikan teknologi i-CPRF, sebagai metode untuk menjembatani jemaat modernisasi
yang bersumber dari partisipasi follower dengan melihat perspektif mereka. Model
Konseling Pastoral Berbasis e-CRM yang menjadi i-CPRF merupakan sebuah
pendekatan baru itu berarti pengembangan teori tentang proses konseling
pastoral dapat terjadi, hal penting yang perlu di perhatikan oleh gereja adalah
mampu menjawab persoalan jemaat dengan kritis serta inovatif dan tanggap
terhadap proses perubahan teknologi.
Menurut
jurnal yang berjudul “Aplikasi Bimbingan Konseling Berbasis WEB” para peniliti
membuat sebuah aplikasi konseling yang berbasis WEB. Pada awalnya terdapat
situs komunitas yang dibuat dengan tujuan agar pengunjung berkomunikasi secara
bersamaan dalam suatu komunitas, pengunjung dapat berbagi pengalaman ilmu dan
lainnya dengan pengunjung lain. Nah, dari sinilah muncul yang namanya Aplikasi
Bimbingan Konseling yang mampu menjembatani komunitas yang ingin berknsultasi. Melalui
aplikasi ini, orang yang ingin berkonsultasi dapat dipertemukan dengan para
pakar atau konselor sesuai bidang keahliannya masing-masing melalui internet
baik secara real time maupun tidak. Aplikasi ini menggunakan beberapa komponen
pokok yaitu basis data, Apache, Hypertext Markup Language (HTML), Personal Home
Page, Hypertext Prepocessor (PHP) dan JavaScript. Perancangan Aplikasi
bimbingan konseling ini dibagi menjadi 2 bagian, yaitu Perencanangan dan
pembuatan basisdata dan Perancangan dan pembuatan aplikasi. Cara pengaksesan
pada Aplikasi ini dapat dibagi menjadi empat yaitu, tamu, anggota, konselor dan
pengelola situs. Dan dapat diakses tujuh pengguna yaitu tamu, anggota tidak
aktif, anggota aktif, konselor, author, editor dan administrator. Kesimpulan
dari penelitian ini bahwa Aplikasi Bimbingan Konseling ini dapat memfasilitasi
atau menjembatani komunitas yang ingin berkonsultasi. Dengan menggunakan
aplikasi ini, orang yang tidak dapat atau tidak ingin bertatap muka secara
langsung dan ingin berkonsultasi dapat dipertemukan dengan pakar atau konselor
sesuai bidangnya masing-masing melalui internet baik secara real time maupun
tidak.
Setelah
saya merangkum ketiga jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa terapi via internet
atau yang lebih dikenal dengan e-Counselling masih sangat asing di telinga
kita. Tetapi banyak manfaat yang dapat diambil dari e-Counselling seperti bisa
dilakukan kapan saja dan dimana saja dan menghemat waktu tetapi terdapat juga beberapa
kelemahan diantaranya, para konselor masih kurang yakin dengan adanya konseling
via internet, dan konseling masih terganjal akan adanya gangguan via internet
baik itu eksternal dan internal. Banyak juga penelitian yang telah membuktikan manfaat
dari terapi/konseling via internet contohnya penelitian jurnal oleh Mayo dan
Danny, hasilnya membuktikan bahwa dengan adanya program Model Konseling
Pastoral Berbasis e-CRM yang menjadi i-CPRF mampu menjawab persoalan jemaat
dengan kritis serta inovatif dan tanggap terhadap proses perubahan teknologi.
Serta penelitian Aplikasi Konseling yang Berbasis Web, para peneliti
menciptakan sebuah aplikasi konseling yang ditujukan untuk mereka yang ingin
berkonsultasi tanpa bertatap muka dengan konselor yang handal dan terpercaya.
Maka dari itu, dibutuhkan dari berbagai pihak dengan adanya terapi via internet
agar teknologi dapat dimanfaatkan dengan baik.
Daftar Pustaka :
Ifdil.
(2013). Konseling Online Sebagai Salah Satu Bentuk Pelayanan E-konseling. Jurnal Konseling dan Pendidikan, 1,
15-21.
Manjurani
.I.Mayo., Manogga, Danny. (2013). Model Konseling Pastoral Berbasis E-Crm. ISSN:
2089-9815
G.S.D,
Juniawan., D.A. Nurina, Agnes., Bahana, Raymond., Mulyanti, Sri. (2008).
Aplikasi Bimbingan Konseling Berbasis WEB. Jurnal
Elektro, 1, 49-60.
0 comments :
Posting Komentar