BAB I
PENDAHULUAN

A.                LATAR BELAKANG
      Terapi keluarga adalah salah satu bentuk intervensi psikologi keluarga sebagai sub bab pada psikologi klinis. Terapi keluarga merupakan pendekatan terapeutik yang melihat masalahindividu dalam konteks lingkungan khususnya keluarga dan menitik beratkan pada prosesinterpersonal.
Terapi keluarga merupakan intervensi spesifik dengan tujuan membina komunikasi secara terbuka dan teraksi keluarga secara sehat. Terapi   keluarga   adalah   sesungguhya   bagian   dari   cabang   ilmu konseling yang relatif baru. Dia muncul di sekitar tahun 1950-an, sebagai suatu   reaksi/koreksi   atas   psikoanalisa   yang   ditemukan   oleh   SigmundFreud.   Psikoanalisa   dianggap   sebagai  sesuatu   yang   ‘gagal’   oleh   parapionir  terapi   keluarga,   sekalipun  banyak   dari   mereka  terlatih   di   bidang psikoanalisa.Dalam   psikoanalisa,   klien   harus   dikonseling   sendirian.
Bermain adalah bagian integral dari masa kanak-kanak, media yang unik untuk memfasilitasi perkembangan ekspresi bahasa, ketrampilan komunikasi, perkembangan emosi, ketrampilan sosial, ketrampilan pengambilan keputusan, dan perkembangan kognitif pada anak-anak (Landreth, 2001). Bermain juga dikatakan sebagai media untuk eksplorasi dan penemuan hubungan interpersonal, eksperimen dalam peran orang dewasa, dan memahami perasaannya sendiri. Bermain adalah bentuk ekspresi diri yang paling lengkap yang pernah dikembangkan manusia. Erikson (Landreth, 2001) mendefinisikan bermain sebagai suatu situasi dimana ego dapat bertransaksi dengan pengalaman dengan menciptakan situasi model dan juga dapat menguasai realitas melalui percobaan dan perencanaan.
         Sementara Landreth (2001) mendefinisikan terapi bermain sebagai hubungan interpersonal yang dinamis antara anak dengan terapis yang terlatih dalam prosedur terapi bermain yang menyediakan materi permainan yang dipilih dan memfasilitasi perkembangan suatu hubungan yang aman bagi anak untuk sepenuhnya mengekspresikan dan eksplorasi dirinya (perasaan, pikiran, pengalaman, dan perilakunya) melalui media bermain. International Association for Play Therapy (APT), sebuah asosiasi terapi bermain yang berpusat di Amerika, dalam situsnya di internet mendefinisikan terapi bermain sebagai penggunaan secara sistematik dari model teoritis untuk memantapkan proses interpersonal dimana terapis bermain menggunakan kekuatan terapiutik permainan untuk membantu klien mencegah atau menyelesaikan kesulitan-kesulitan psikososial dan mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal (www.a4pt.org). Beberapa definisi terapi bermain tersebut mengarah pada beberapa hal penting, yaitu: (a) tipe dan jumlah permainan yang digunakan; (b) konteks permainan; (c) partisipan yang terlibat; (d) urutan permainan; (e) ruang yang digunakan; (f) gaya bermain; (g) tingkat usaha yang dicurahkan dalam permainan. Terapi bermain adalah pemanfaatan permainan sebagai media yang efektif oleh terapis, untuk membantu klien mencegah atau menyelesaikan kesulitan psikososial dan mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, melalui kebebasan eksplorasi dan ekspresi diri.

                                                        B. RUMUSAN MASALAH

  1.       Bagaimana konsep terapi keluarga dan terapi bermain ?
  2.       Bagaimana peran serta teknik dari kedua terapi tersebut ?
  3.       Apa tujuan dari kedua teknik terapan tersebut ?


C.    TUJUAN PENULISAN
         Penulisan ini bertujuan untuk melihat bagaimana konsep, tujua, peran dan teknik dari terapi keluarga dan terapi bermain.
D.    MANFAAT PENULISAN

    1.      Manfaat Teoritis
Manfaat yang diberikan secara teoritis melalui lebih membahas psikologi klinis serta memberikan pemahaman akan terapi keluarga dan terapi bermain dan kemudian diharapkan pemahaman tersebut dapat diperluas kembali melalui peneliti-peneliti selanjutnya.

   2.      Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis yang peneliti harapkan dari penelitian ini adalah dapat membantu orang tua, masyarakat umum untuk mengetahui bagaimana terapi keluarga dan terapi bermain. Dan membantu menyediakan informasi ilmiah yang dapat digunakan untuk lebih mengenal, memahami, dan mengarahkan agar dapat lebih memahami secara mendalam.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.                TERAPI KELUARGA
1.                  Konsep Terapi Keluarga
      Pusat dari sistem interpersonal dalam tiap kehidupan seseorang adalah keluarga. Seorang bayi belajar bagaimana hidup dan menerima kehidupan itu melalui interaksinya dalam keluarga. Interaksi seseorang di masa depan memperlihatkan intensitas ikatan emosi dan kepercayaan dasar terhadap diri dan dunia luar yang dihasilkan pada interaksi awal dalam keluarga. Terapi keluarga tradisional merupakan contoh pendekatan sistemik untuk memahami dan memodifikasi perilaku dan pengalaman yang bermasalah. Keluarga lebih menjadi fokus pemahaman dan intervensi dibandingkan klien sendiri. Masalah pada pasien dilihat sebagai fungsi strategis untuk mempertahankan beberapa aspek fungsi keluarga.
Banyak peneliti percaya bahwa suatu evaluasi keluarga harus dilakukan pada setiap pasien, tetapi terapi keluarga ternyata tidak sama seperti itu. Suatu evaluasi keluarga yang menyeluruh dapat memberikan wawasan dan prespektif tambahan mengenai kerja pada kasus perseorangan walaupun terapi keluarga itu sendiri tidak dilibatkan. Meskipun masalah klien bukan karena disfungsi dalam keluarga, keluarga dapat menjadi sumber yang penting dalam proses terapi. Therapist berusaha memberi gambaran mengenai dukungan dan dorongan anggota keluarga jika individu berusaha untuk keluar dari permasalahan melalui proses konseling/terapi ini. Hal ini dapat dilakukan dengan bantuan seluruh anggota keluarga.
Cara seorang individu merasa dan berpikir mengenai lingkunganya dipengaruhi  oleh keluarga asalnya dan keadaan keluarganya sekarang. Penggunaan suatu penilaian keluarga dan sistem keluarga dapat menjurus pada suatu diagnosis yang lebih akurat, pengobatan yang sesuai, kepatuhan yang membaik, dan usaha untuk pencegahan. Tugas ahli terapi adalah untuk melakukan tindakan yang lebih adaptif pada proses terapi keluarga. Tugas ahli terapi adalah untuk melakukan tindakan yang lebih adaptif pada proses terapi keluarga .

 2.      Tujuan Terapi Keluarga

Tujuan utama teknik terapi keluarga adalah untuk mengidentifikasi stres-stres yang akan dihadapi klien pada masa yang akan datang dan membuat rencana agar stres-stres itu dapat dihindari ataupun dihadapi.
Secara umum, tujuan terapi keluarga adalah:
·         Membantu anggota keluarga untuk belajar dan secara emosional  menghargai bahwa dinamika kelurga saling bertautan di antara anggota keluarga.
·         Membantu anggota keluarga agar sadar akan kenyataan bila anggota keluarga mengalami problem, maka ini mungkin merupakan dampak dari satu atau lebih persepsi, harapan, dan interaksi dari anggota keluarga lainnya.
·         Bertindak terus menerus dalam konseling/terapi sampai dengan keseimbangan homeostasis dapat tercapai, yang akan menumbuhkan dan meningkatkan keutuhan keluarga.
·         Mengembangkan apresiasi keluarga terhadap dampak relasi parental terhadap anggota keluarga.
Secara khusus, tujuan terapi keluarga adalah:
·         Membuat semua anggota keluarga dapat mentoleransikan cara atau perilaku yang unik (idiosyncratic) dari setiap anggota keluarga.
·         Menambah toleransi setiap anggota keluarga terhadap frustrasi, ketika terjadi konflik dan kekecewaan, baik yang dialami bersama keluarga atau tidak bersama keluarga.
·         Meningkatkan motivasi setiap anggota keluarga agar mendukung, membesarkan hati, dan mengembangkan anggota lainnya.
·         Membantu mencapai persepsi parental yang realistis dan sesuai dengan persepsi anggota keluarga.

3.      Peran Terapi Keluarga
Peran dari therapist dalam membantu klien dalam menyelesaikan permasalahan dalam keluarga ada lima, peran tersebut adalah sebagai berikut:
·         Sebagai penilai mengenai; masalah, sasaran intervensi, kekuatan dan strategi keluarga, kepercayaan dan etnik keluarga. Eksplorasi pada: reaksi emosi keluarga terhadap trauma dan transisi, komposisi, kekuatan dan kelemahan, informasi yang dimiliki, kebutuhan-kebutuhan keluarga, kesiapan untuk intervensi dan dirujuk pada ahli lain.
·         Pendidik/pemberi informasi agar keluarga siap beradaptasi terhadap perubahan-perubahan
·         Pengembang sistem support, mengajarkan support dan selalu siap dihubungi.
·         Pemberi tantangan
·         pemberi fasilitas prevensi (pencegahan) dengan mempersiapkan keluarga dalam menghadapi stress.
Dalam terapi ada beberapa proses yang harus dijalankan sebagai pelaksanaan dari sebuah terapi. Ada empat langkah dalam proses terapi, proses tersebut adalah sebagai berikut:
·         Melibatkan keluarga, pertemuan dilakukan di rumah, sehingga konselor mendapat informasi nyata tentang kehidupan keluarga dan dapat merancang strategi yang cocok untuk membantu pemecahan problem keluarga.
·         Penilaian masalah yang mencakup pemahaman tentang kebutuhan, harapan, kekuatan keluarga dan riwayatnya.
·         Strategi-strategi khusus untuk pemberian bantuan dengan menentukan macam intervensi yang sesuai dengan tujuan.
·         Follow up, dengan memberi kesempatan pada keluarga untuk tetap berhubungan dengan konselor secara periodik untuk melihat perkembangan keluarga dan memberikan support.

4.      Teknik Terapi Keluarga
Terapi keluarga dilakukan dengan menggunakan tehnik berikut :
·         Terapi Keluarga Berstruktur.
Terapi keluarnya berstruktur adalah suatu kerangka teori tehnik pendekatan individu dalam konteks sosialnya. Tujuan adalah mengubah organisasi keluarga. Terapi keluarga berstruktur memepergunakan proses balik antara lingkungan dan orang yang terlibat perubahan – perubahan yang ditimbulkan oleh seseorang terhadap sekitarnya dan cara – cara dimana umpan balik terhadap perubahan perubahan tadi mempengaruhi tindakan selanjutnya. Terapi keluarga mempergunakan tehnik – tehnik dan mengubah konteks orang – orang terdekat sedemikian rupa sehingga posisi mereka berubah dengan mengubah hubungan antara seseorang dengan konteks yang akrab tempat dia berfungsi, kita mengubah pengalaman subyektifnya.
·         Terapi Individu / Perorangan
Melihat individu sebagai suatu tempat yang patologis dan mengumpulkan data yang di peroleh dari atau tentang individu tadi. Pada terapi perorangan dilakukan pengungkapan pikiran dan perasaan tentang kehidupannya sekarang, dan orang – orang didalamnya. Riwayatnya perkembangan konfliknya dengan orang tua dan saudara – saudaranya.
Bila akan dirujuk ke dalam terapi keluarga maka terapist akan mengekporasi interaksi individu dalam konteks hidup yang berarti. Dalam wawancara keluarga terapist mengamati hubungan individu dengan anggota keluarga lainnya dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga.



















B.     TERAPI BERMAIN

1.       Konsep dasar bermain
     Bermain adalah unsur yang paling penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial. Dimana anak mendapat kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah berteman, kreatif dan cerdas bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain( Soetjiningsih, 2004).
     Bermain juga merupakan setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya dan dilakukan secara suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban serta tidak tergantung kepada usia tetapi tergantung kepada kesehatan dan kesenangan yang diperoleh.
      Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah satu intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah kecemasan sebelum dan sesudah tindakan operatif . Dengan demikian dapat dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, terapi bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan asuhan keperawatan yang sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya ( Nursalam, 2005).

        2.      Tujuan terapi bermain
Tujuan terapi bermain adalah mengubah tingkah laku anak yang tidak sesuai menjadi tingkah laku yang diharapkan. Dengan terapi, anak mampu diubah perilakunya melalui cara yang menyenangkan.

      3.      Peran terapi bermain

       Peran dalam pendidikan ;
·         Sarana pencegahan : tidak menambah permasalahan baru dan menghmbat proses belajarnya.
·         Sarana penyembuhan : dapat disembuhkan atau dilatih sebagai sarana belajar melalui bentuk-bentuk permainan yang ber7an mengembalikan fungsi fisik,psiko-terapi,modifikasi perilaku, mengembangkan fungsi sosial, melatih bicara, mempertajam atau latihan visual, latihan auditif, latihan taktil, dll.
·         Sarana penyesuaian diri : anak-anak sulit beradaptasi, oleh karena itu dilatih bekelompok dalam permainan.
·         Sarana untuk mengembangkan ketajaman penginderaan : untuk menjernihkan penglihatan (visual) misal ; permainan warna, bentuk, jarak dll.
·         Sarana mengembangkan kepribadian : anak dapat bergerak dengan bebas dan aktif melakukan berbagai kegiatan dengan perasaan gembira dan menyenangkan.
·         Sarana untuk latihan aktifitas sehari-hari : permainan memasak, berdagang, rumah-rumahan dll.

       4.      Teknik saat melakukan terapi bermain
1)      Bermain boneka
Saat melakukan permainan boneka anak anak dapa melakukan beberapa hal misalnya seperti mengidentifikasi diri mereka sendiri pada boneka, mengekspresikan perasaan sendiri dalam permainan boneka, memindahkan masalah pada figur permainan boneka. Selain itu kita juga dapat mendapatkan informasi mengenai anak seperti tingkah laku anak, perasaan yang sedang dirasakan anak, pandangan pola fikir anak.
2)      Bermain boneka wayang
Dengan menggunakan boneka wayang anak bisa bercerita dengan menggunakan simbol-simbol dan dapat menciptakan fantasi anak. Manfaat dari bermain boneka wayang meliputi:
·   Dengan gerakan boneka anak dapat merakasan hal yang sulit untuk mereka akui sebagai diri mereka sendiri
·   Anak dapat memerankan orang lain serta berkomunikasi untuk mengeluarkan ekspresi yang sedang meraka rasakan yang tidak dapat diekspresikan anak dikehidupan nyata
·   Anak dapat menciptakan tokoh yang tidak bisa anak lakukan sendiri, sehingga dalam permainan dilakukan dalam bentuk kelompok. Dengan bermain kelompok anak akan belajar untuk saling menghargai satu sama lain dan bersosialisasi.
3)      Bercerita
Sebagian besar anak lebih suka mendenarkan cerita terutama cerita dongeng atau cerita yang dapat menggambarkan tentang diri anak. Dalam bercerita kita juga harus memperhatikan usia anak karena semakin besar usia anak semakin tinggi pula daya pikir mereka terlebih anak yang sudah mulai sekolah. Pada usia sekolah Dia akan lebih suka mendengarkan cerita yang nyata.
4)      Bermain
Cara anak-anak bermain memang berbeda dengan orang remaja dan dewasa. Karena pada anak-anak saat bermain mereka spontanitas tanpa dibuat buat. Namun dengan bertambahnya usia anak saat bermain mereka akan mererapkan aturan. Saat bermain anak akan mulai belajar menerima menang atau kalah, displin, dan menghargai orang lain.
5)      Bermain pasir
Dengan memberikan terapi bermain pasir pada anak dpat juga sebagai medium terapeutik. Dengan menggunakan pasir anak bebas berkarya sesuai yang diinginkan  misalnya seperti membuat rumah dari pasir, pemandangan, hewan dan yang lainnya. Dengan tidak langsung kita dapat mengetahui pengalaman anak yang tidak bisa anak ungkapkan dengan kata-kata.




DAFTAR PUSTAKA

Davies, Teifion & Craig, TKJ. (2004). ABC of mental  health. Oxford: Blackwell Publishing Ltd. Didapat dari https://books.google.co.id/books?id=gW9Gj8lKmogC&pg=PA223&dq=terapi+keluarga&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjnysmqj6rMAhVHF5QKHXwjBEAQ6AEILjAD. 25 April 2016.
Hasnida. (2002). Family counseling. USU Digital Library. Didapat dari http://library.usu.ac.id/download/fk/psiko-hasnida.pdf. 25 April 2016
Mc Farland, Gertrude K. and Themas M.D, Psychiatric Mental Health Nursing, St. Louis : The CV. Mosby Co. 1987.
Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Anak, EGC,Jakarta., 1995


PSIKOLOGI MANAJEMEN
Motivasi Kerja Pada Karyawan EO (Event Organizer)


BAB 1
LANDASAN TEORI
A.    Pengertian Motivasi Kerja

Motivasi adalah suatu proses dimana kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah ke tercapainya tujuan tertentu. Tujuan yang jika berhasil dicapai akan memuaskan atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Misalnya, rasa haus (kebutuhan untuk minum) menyebabkan kita tertarik pada air segar. Jika tidak haus kita akan bersikap netral pada air (Munandar, 2001).
Motivasi yaitu faktor-faktor yang mengarahkan dan mendorong perilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk usaha yang keras atau lemah. Faktor-faktor itu sering kali disebut dengan motivasi, sebagai tujuan yang diinginkan yang mendorong orang berperilaku tertentu, sehingga motivasi sering pula diartikan dengan keinginan, tujuan kebutuhan, atau dorongan dan sering dipakai secara bergantian untuk menjelaskan motivasi seseorang (Hariandja, 2002).
Menurut McGinnis (dalam Sutoyo, 2000) motivasi kerja merupakan kehendak untuk menggunakan usaha yang tinggi terhadap tujuan organisasi, dikondisikan oleh kemampuan dari usaha tersebut untuk memenuhi beberapa kebutuhan individu.
Sedangkan menurut Steers dan Porter (dalam Bakar, 2012) definisi motivasi kerja merangkumi tiga fungsi yaitu, ia menggerakan atau mendorong pekerja untuk bekerja, mendorong pekerja bertindak untuk mencapai matlamat, mengekalkan usaha selagi matlamat tidak dicapai.
Kemudian menurut Pinder (2008), motivasi kerja adalah seperangkat kekuatan energik yang berasal baik dari dalam mapun dari luar makhluk individu, untuk memprakarsai perilaku yang berhubungan dengan pekerjaan, dan untuk menentukan bentuk, arah, intensitas, dan durasi perilaku tersebut.
Sementara itu menurut Fuad dkk (2006), motivasi kerja adalah proses pemberian motif (penggerak) kepada karyawan untuk dapat bekerja sedemikian rupa sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efisien dan efektif.
Dapat disimpulkan dari pengertian-pengertian diatas bahwa motivasi kerja merupakan kehendak yang mempengaruhi perilaku individu dalam bekerja untuk memenuhi kebutuhan individu juga memenuhi tujuan organisasi secara efisien dan efektif.

B.     Teori Motivasi
1.      Teori Drive Reinforcement
Teori ini berhubungan dengan teori belajar operant conditioning dari Skinner. Teori ini mempunyai dua aturan pokok: aturan pokok yang berhubungan dengan pemerolehan jawaban-jawaban yang benar, dan aturan pokok lainnya yang berhubungan dengan penghilangan jawaban-jawaban yang salah.
Pemerolehan dari satu perilaku menuntut adanya satu pengukuhan sebelumnya. Pengukuhan dapat terjadi positif (pemberian ganjaran untuk satu jawaban yang diinginkan) atau negatif (menghilangkan satu rangsang aversif jika jawaban yang diinginkan telah diberikan) tetapi organisme harus membuat kaitannya antara aksi atau tindakannya dengan akibat-akibatnya.
Siegel dan Lane (1982) mengutip Jablonske dan de Vries, memberi saran bagaimana manajemen dapat meningkatkan motivasi kerja tenaga kerja, yaitu dengan:
a.       Menentukan apa jawaban yang diinginkan
b.      Mengkomunikasikan dengan jelas prilaku ini kepada tenaga kerja
c.       Mengkomunikasikan dengan jelas ganjaran apa yang akan diterima tenaga kerja jika jawaban yang benar terjadi
d.      Memberi ganjaran hanya jika jawaban yang benar yang dilaksanakan
e.       Memberika ganjaran kepada jawaban yang diinginkan pada saat yang paling memungkinkan, yang terdekat dengan kejadian
Pada dasarnya teori pengukuhan ini didasarkan pada asumsi bahwa corak motivasi kerja adalah reaktif. Melalui proses pengukuhan tertentu, yang merupakan proses pembelajaran, sebagaimana disarankan oleh Jablonske dan de Vries, individu diajarkan untuk memiliki motivasi kerja yang lebih produktif.

2.      Teori Harapan
Sejak dikembangkan oleh Vroom, teori harapan dikembangkan lebih lanjut oleh ahli lain, antara lain oleh Porter & Lawler. Dalam pembahasan teori harapan selanjutnya akan dikemukakan teori harapan yang dikembangkan oleh Lawler berdasarkan pengembangan lebih lanjut dari model dari Porter-Lawler (1968), sebagaimana disajikan oleh Siegel & Lane (1982).
Model teori harapan dari Lawler mengajukan empat asumsi:
a.       Orang mempunyai pilihan-pilihan antara berbagai hasil-keluaran yang secara potensial dapat mereka gunakan. Dengan perkataan lain, setiap hasil-keluaran alternatif mempunyai harkat (valence = V), yang mengacu pada ketertarikannya bagi seseorang. Hasil keluaran alternatif, juga disebut tujuan-tujuan pribadi (personal goals), dapat disadari atau tidak disadari oleh yang bersangkutan. Jika disadari, maknanya serupa dengan penetapan tujuan-tujuan. Jika tidak disadari, motivasi kerjanya lebih bercorak reaktif.
b.      Orang mempunyai harapan-harapan tentang kemungkinan bahwa upaya (effort = E) mereka akan mengarah ke perilaku unjuk-kerja (performance = P) yang dituju. Ini diungkapkan sebagai harapan E-P.
c.       Orang mempunyai harapan-harapan tentang kemungkinan bahwa hasil-hasil keluaran (outcomes = O) tertentu akan diperoleh setelah unjuk-kerja (P) mereka. Ini diungkapkan dalam rumusan harapan P-O.
d.      Dalam setiap situasi, tindakan-tindakan dan upaya yang berkaitan dengan tindakan-tindakan tadi yang dipilih oleh seseorang untuk dilaksanakan ditentukan oleh harapan-harapan (E-P, dan P-O) dan pilihan-pilihan yang dipunyai orang pada saat itu.
Model harapan dari Lawler menyatakan bahwa besar kecilnya motivasi seseorang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Text Box: Indeks motivasi = jml {(E-P) x jml [(P-O)(V)]}
 



Menurut Lawler, faktor-faktor yang menentukan E-P (kemungkinan besarnya upaya menyebabkan tercapainya unjuk-kerja yang diinginkan) ialah harga diri atau kepercayaan diri, pengalaman lampau dalam situasi serupa, situasi sekarang yang aktual, komunikasi (informasi dan persepsi) dari orang lain. Misalnya P, unjuk-kerja yang diinginkan adalah nilai A untuk mata ujian psikologi Industri. Kepercayaan diri Anda besar akan kemampuan menguasai mata pelajaran ini. Pengalaman yang lampau bahwa jumlah 20 jam diperlukan mempelajari bahan mata ujian yang diperkirakan sama ‘beratnya’. Lama ujian dua jam, sama dengan mata ujian lainnya. Persepsi orang lain terhadap Anda ialah bahwa Anda mampu menguasai bahan Psikologi Industri. Anda mempunyai pilihan untuk mencapai nilai A, B atau C. Jika ingin mencapai nilai A, maka Anda akan menyediakan waktu belajar selama 20 jam untuk mempelajari bahan Psikologi Industri.
Besar kecilnya harapan P-O (sebesar apa kemungkinannya untuk mendapatkan berbagai hasil-keluaran jika mencapai unjuk-kerja tertentu) juga ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu: pengalaman yang lalu dalam situasi yang serupa, ketertarikan dari hasil-keluaran, kepercayaan dalam kendali internal dalam melawan eksternal, harapan-harapan E-P, situasi aktual dan komunikasi dari orang lain. Tercapainya unjuk-kerja yang diinginkan tidak menyebabkan adanya kebutuhan yang dipenuhi. Tetapi dengan tercapainya unjuk-kerja tersebut akan terkait kemungkinan diperolehnya hasil-keluaran yang memenuhi atau gagal memenuhi kebutuhan-kebutuhan. Misalnya dengan dicapainya nilai A untuk Psikologi Industri diharapkan akan diperoleh kepercayaan yang lebih besar dari orang lain (hasil keluaran yang positif), iri hati dari rekan-rekan seangkatan (hasil-keluaran yang negatif), peningkatan kemudahan dan kelancaran dalam studi, penambahan teman untuk belajar bersama, makin besar kemungkina untuk memperoleh promosi jabatan, dan sebagainya.
Komponen ketiga dari model Lawler ialah harkat atau valence (V) yang mencerminkan bagaimana perasaan Anda terhadap berbagai hasil-keluaran. Hasil-keluaran adalah positif, jika Anda lebih ingin mencapainya, negatif jika Anda tidak ingin mencapainya, dan netral, jika Anda tidak mempedulikan hasil-keluarannya. Harkat diungkapkan dalam angka dan berkisar antara +1 sampai -1. Misalnya mendapat promosi jabatan mendapat harkat +0,9, sedangkan menimbulkan iri hati pada rekan seangkatan mungkin harkatnya -0,5.
Implikasi Teori Harapan:
a.       Para manajer dapat mengkorelasikan hasil yang lebih disukai untuk tingkat kinerja yang ditujukan.
b.      Para manajer harus memastikan bahwa karyawan dapat mencapai tingkat kinerja yang ditujukan.
c.       Karyawan layak harus dihargai untuk kinerja luar biasa mereka.
d.      Sistem imbalan harus berlaku jujur dan adil dalam suatu organisasi.
e.       Organisasi harus merancang pekerjaan yang dinamis dan menantang.
f.       Tingkat motivasi karyawan harus terus dikaji melalui berbagai teknik seperti kuesioner, wawancara personal, dan lain-lain.

3.      Teori Tujuan
Teori tujuan ini diusulkan oleh Locke. Locke mengusulkan model kognitif, yang dinamakan teori tujuan, yang mencoba menjelaskan hubungan-hubungan antara niat/intentions (tujuan-tujuan) dengan perilaku seseorang. Teori ini secara relatif lempang dan sederhana. Aturan dasarnya ialah penetapan dari tujuan-tujuan secara sadar. Menurut Locke, tujuan-tujuan yang cukup sulit, khusus dan yang pernyataannya jelas dan dapat diterima oleh tenaga kerja, akan menghasilkan unjuk kerja yang lebih tinggi daripada tujuan-tujuan yang taksa, tidak khusus, dan yang mudah dicapai. Teori tujuan, sebagaimana dengan teori keadilan didasarkan pada intuitif yang solid. Penelitian-penelitian yang didasarkan pada teori ini menggambarkan kemanfaatannya bagi organisasi.
Teori ini  juga menyatakan bahwa mencapai tujuan adalah sebuah motivator. Hampir setiap orang menyukai kepuasan kerja karena mencapai sebuah tujuan spesifik. Saat seseorang menentukan tujuan yang jelas, kinerja biasanya meningkat sebab:
·         Ia akan berorientasi pada hal hal yang diperlukan
·         Ia akan berusaha keras mencapai tujuan tersebut
·         Tugas tugas sebisa mungkin akan diselesaikan
·         Semua jalan untuk mencapai tujuan pasti ditempuh
Teori ini mengatakan bahwa kita akan bergerak jika kita memiliki tujuan yang jelas dan pasti. Dari teori ini muncul bahwa seseorang akan memiliki motivasi yang tinggi jika dia memiliki tujuan yang jelas. Sehingga muncullah apa yang disebut dengan Goal Setting (penetapan tujuan). Penetapan tujuan juga dapat ditemukan dalam teori motivasi harapan. Individu menetapkan sasaran pribadi yang ingin dicapai. Sasaran-sasaran pribadi memiliki nilai kepentingan pribadi (valence) yang berbeda-beda.
Proses penetapan tujuan (goal setting) dapat dilakukan berdasarkan prakarsa sendiri, dapat seperti MBO, diwajibkan oleh organisasi sebagai satu kebijakan peusahaan. Bila didasarkan oleh prakarsa sendiri dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja individu bercorak proaktif dan ia akan memiliki keterikatan (commitment) besar untuk berusaha mencapai tujuan-tujuan yang telah ia tetapkan. Bila seorang tenaga kerja memiliki motivasi kerja yang lebih bercorak reaktif, pada saat ia diberi tugas untuk menetapkan sasaran-sasaran kerjanya untuk kurun waktu tertentu dapat terjadi bahwa keterikatan terhadap usaha mencapai tujuan tersebut tidak terlalu besar. Penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme:
a.       Tujuan adalah yang mengarahkan perhatian
b.      Tujuan adalah yang mengatur upaya
c.       Tujuan adalah meningkatkan persistensi
d.      Tujuan adalah menunjang strategi untuk dan rencana kegiatan

4.      Teori Hirarki Kebutuhan Maslow
Ketika setiap kebutuhan pada dasarnya terpenuhi, kebutuhan yang berikutnya menjadi dominan pada hidup manusia. Individu akan bergerak menaiki tingkat hirarki kebutuhannya. Dari sudut motivasi, terori tersebut mengatakan bahwa meskipun tidak ada kebutuhan yang benar-benar terpenuhi, sebuha kebutuhan yang pada dasarnya telah terpenuhi tidak lagi memotivasi. Jadi bila ingin memotivasi seseorang menurut Maslow. Kita harus memahami tingkat hiraraki dimana orang tersebut berada saat ini dan fokus untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan di atas di atas tingkat tersebut.
Maslow memisahkan lima kebutuhan ke dalam urutan-urutan yang lebih tinggi dan lebih rendah. Kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah:
a.         Kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti: rasa lapar, haus, istirahat dan sex
b.        Kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual;
c.         Kebutuhan akan kasih sayang (love needs);
d.        Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan
e.         Aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.

5.      Kebutuhan Yang Relevan Dengan Perilaku Dalam Organisasi
Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkan mahluk hidup dalam aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) bagi setiap individu untuk berusaha. Pada dasarnya, manusia bekerja mempunyai tujuan tertentu, yaitu memenuhi kebutuhan. Atau fundamen yang mendasari perilaku pegawai. Karena tidak mungkin memahami perilaku tanpa mengerti kebutuhannya.
Abraham Maslow (Mangkunegara, 2005) mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia adalah sebagai berikut:
·         Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan fisik, bernapas, seksual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar.
·         Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan diri dari ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup.
·         Kebutuhan untuk rasa memiliki (sosial), yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai.
·         Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain.
·         Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan ide-ide, gagasan dan kritik terhadap sesuatu

C.    Aspek Motivasi Kerja
Menurut Umar (2002) aspek-aspek yang berperan dalam motivasi kerja yaitu:
1.      Budaya organisasi
Budaya organisasi yang positif akan mendorong motivasi kerja karyawan dan meningkatkan efektivitas organisasi. Semakin kuat budaya organisasi maka semakin kuat pula motivasi kerjanya.
2.      Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan elemen organisasi yang mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan perilaku individu pada organisasi dan berpengaruh terhadap prestasi organisasi.Motivasi kerja dipengaruhi oleh tersedianya kondisi lingkungan kerja baik lingkungan kerja fisik maupun sosial budaya untuk menciptakan motivasi kerja yang baik.
3.      Kepuasan kerja
Kepuasan kerja adalah perasaan atau penilaian seseorang atas pekerjaannya dimana pekerjaan tersebut berhubungan dengan harapan, kebutuhan, dan keinginan mereka.Untuk mewujudkan hal tersebut mereka membutuhkan motivasi kerja yang tinggi.

D.    Faktor Motivasi Kerja
Menurut Fuad dkk (2006) terdapat tiga faktor penting yang mempengaruhi motivasi kerja yaitu:
1. Kebutuhan pribadi
2. Tujuan dan persepsi individu atau kelompok
3. Cara untuk mewujudkan kebutuhan, tujuan, dan persepsi tersebut
Sementara itu menurut Nata (2015) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja adalah:
1. Uang
2. Fasilitas kerja
3. Kepuasan kerja
4. Perusahaan besar
5. Manajemen yang baik
6. Rasa aman
7. Jenjang karir yang jelas
8. Pimpinan yang mau membina dan memotivasi bawahannya
9. Rekan kerja yang baik
10. Lingkungan kerja yang baik


BAB 2
PEDOMAN WAWANCARA
I.       Subjek
A.     Identitas Subjek
1. Nama (Inisial)         : RN
2. Jenis Kelamin          : Perempuan
3. Usia                         : 28 tahun
4. Pendidikan              : Diploma 4 (D4)
5. Pekerjaan                 : Freelance EO

B.     Latar Belakang Subjek
1.      Apakah profesi Anda saat ini?
2.      Dimanakah Anda bekerja saat ini ?
3.      Sudah berapa lama Anda bekerja di tempat ini?
4.      Apakah Anda mempunyai pengalaman bekerja sebelumnya?
5.      Mengapa Anda memutuskan untuk bekerja di tempat ini?

C.    Daftar Pertanyaan
Teori motivasi kerja
1.      Teori drive reinforcement
a.       Hal apa yang memotivasi Anda untuk bekerja di tempat ini?
b.      Apakah hasil dari pekerjaan Anda dapat memenuhi kebutuhan Anda?
2.      Teori harapan
a.       Apakah pekerjaan yang Anda lakukan sesuai dengan passion Anda?
b.      Bagaimana ekspektasi Anda terhadap pekerjaan Anda?
c.       Pernahkan Anda mendapat reward atas pekerjaan yang Anda lakukan?
d.      Reward seperti apakah yang biasanya diberikan kepada Anda?
e.       Apakah dampak yang Anda rasakan saat menerima reward tersebut?
f.       Apa saja hal-hal yang membuat kesulitan Anda saat bekerja?
g.      Bagaimana Anda mengatasi kesulitan tersebut?
3.      Teori tujuan
a.       Apakah Anda pernah menjadi ketua pelaksana dalam sebuah event di tempat kerja Anda?
b.      Bagaimana cara Anda mengarahkan tim Anda agar tujuan dari event yang Anda selenggarakan tersebut berjalan dengan lancar?
c.       Saat Anda menjadi anggota tim dari sebuat event. Apakah tujuan atau arahan yang diberikan oleh ketua tim Anda membuat Anda bekerja lebih efektif?
d.      Arahan seperti apa yang diberikan oleh ketua tim Anda?
4.      Teori kebutuhan Maslow
a.       Apakah Anda nyaman dengan pekerjaan Anda saat ini?
b.      Apakah Anda mempunya keinginan untuk beralih ke profesi lain?
c.       Harapan apa yang Anda inginkan jika Anda beralih ke profesi tersebut?
d.      Bagaimana pendapat Anda, jika kenyataan yang Anda dapatkan tidak sesuai dengan eksepektasi Anda?
e.       Apakah Anda pernah merasa jenuh dengan pekerjaan Anda?
f.       Bagaimana Anda mengatasi hal tersebut?
g.      Siapakah orang yang Anda harapkan untuk selalu memberikan semangat kepada Anda saat bekerja?
h.      Hal apakah yang Anda rasakan saat orang-orang tersebut memberikan Anda semangat dalam bekerja?



BAB 3
HASIL WAWANCARA
A.    Identitas Subjek
Nama        (Inisial)            : RN
Jenis Kelamin                   : Perempuan
Usia                                  : 28 Tahun
Pendidikan Terakhir         : Diploma 4 (D4)
Pekerjaan                          : Freelance EO

B.     Verbatim
Interviewer      : Selamat sore mba “R”
Interviewee      : Sore
Interviewer    : Saya eee kami dari Universitas Gunadarma ingin meminta izin kepada mba   “R” untuk       meminta waktunya untuk melakukan wawancara. Apakah mba “R” menginjinkan ?
Interviewee      : Iya silahkan
Interviewer     : Disini saya menggunakan satu kamera untuk video dan satu perekam suara
Interviewee      : Iya
Interviewer      : Nah kita mulai ya
Interviewee      : Iya
Interviewer      : Eee mba “R” ini profesi sebagai apa ya saat ini
Interviewee      : Eee Freelance
Interviewer      : Ooo Freelance, freelance itu kerjanya di bidang bagian apa ?
Interviewee   : Eee kebetulan kerjanya di freelance di bidang event organizer eee biasanya sih handle klien atau nggak jadi project officer
Interviewer      : Oooo jadi …. Bikin acara-acara seperti itu ya mba “R” ?
Interviewee    : Iya kurang lebih seperti itu untuk memanage acara untuk  berlangsung sedemikian cantik
Interviewer      : Mba “R” itu bekerjanya itu dimanaya sih? Dikantor mana atau ?
Interviewee     : Eee biasanya sih ikut di kantor-kantor EO yang ada di Jakarta dengan berbagai macam klien berbagai macam project event nya jadi tergantung aja dari project event yang ditawarkan
Interviewer      : Sudah berapa lama sih mba “R” ini kerja di bidang ini ?
Interviewee    : Kurang lebih dari tahun 2009 sampe tahun 2015 itu berapa tahun itu kira-kira, emm li, emm empat tahun ya? Ee enam tahun yaa eh malah ya, he’eh enam tahun
Interviewer      : Berarti banyak sekali ya event yang mba “R” kerjakan saat ini?
Interviewee      : Eee Alhamdulillah udah lumayan banyak
Interviewer      : Itu mengalami banyak kendala gak mba ?
Interviewee    : Berbagai macam kendala di setiap eventnya sih beda-beda  tergantung acaranya, tergantung kliennya, tergantung kondisinya dilapangan juga jadi ya lumayanlah pengalamannya udah didapat
Interviewer     : Oooh jadi kerjanya juga dilapangan di indoor atau di outdoor gitu ya mba ?
Interviewee    : Iyaa, kadang ada event yang ngadain di outdoor ada yang evennnya ada di indoor  tergantung maunya kliennya aja sama Pekerjaannya seperti apa
Interviewer    : Eeee, eee sangat menguras energy sekali gak sih mba kerjaan seperti ini ?
Interviewee      : Eeee lumayan menguras energi dan waktu sih
Interviewer      : Waktu? Waktu mba “R” sendiri bersama keluarga atau bagaimana?
Interviewee   : Iya waktu bersama keluarga, waktu bersama pacar, ya banyak yang terkuras lah karena memang pekerjannya juga banyak jadi makan waktunya juga banyak. Yang mesti disiapin juga banyak tapi waktunya gak banyak jadi mau gak mau harus ada yang di korbankan terkadang mengorbankan keluarga, sama pacar sama teman juga tapi kerjaannya tetep ke-handle
Interviewer    : Apakah mba “R” punya pengalamaan kerja seperti ini atau baru atau gimana ?
Interviewee    : Dari awal lulus, waktu pada saat kuliah memang sudah pernah kerja lapangan di event organizer nah cuman hanya lima bulan setelah itu langsung kerja di EO jadi pengalamannya baru lulus belum wisuda pun udah kerja di event organizer tapi waktu itu jadi pegawai tetap tapi kan sekarangkan saya kondisinya freelance
Interviewer      : Kuliah dimana memang mba “R”?
Interviewee   : Di Politeknik Negeri Jakarta atau Poltek UI jurusan MICE, Meeting, Incentive, Convention, Exhibition
Interviewer      : Ohh berarti pekerjaan dan kuliah mba “R” sesuai ya ?
Interviewee    : Yaa, Alhamdulillah sesuai, jadi perasaan saya seperti ngambil S2 aja  pada saat kerja diawal setelah lulus S1
Interviewer      : Apa yang membuat mba “R” bekerja untuk di bidang ini ?
Interviewee    : Awalnya sih belum mengetahui ini tentang bidang apa tapi lama-lama setelah setelah kuliah terus kerja lapangan jadinya suka makanya kerjanya di bidang ini karena memang berbagai  ketemu berbagai macam jenis orang terus tantangannya juga berbagai macam keadaan ya banyak belajarlah di bidang ini
Interviewer   : Kan kita liat tadi mba “R” cerita pekerjaan ini banyak memakan waktunya mba “R”… kekuatannya apa gimana apasih yang bikin mba “R” betah yang memotivasi mba “R” kerja di bidang ini ?
Interviewee   : Eeee yang memotivasi sih karena memang udah udah terlanjur kecelup dibidang ini udah suka udah seneng sama pekerjannya dan mencari nafkah dibidang ini juga mo nabung juga dari pekerjaan jadi mau, mungkin bisa dibilang ngikutin hobi tapi tetep menghasilkan uang sih kaya gitu
Interviewer   : Eee mau nanya apakah dipekerjaan ini memenuhi kebutuhannya mba “R” inikah?
Interviewee    : Ee Alhamdulillah kerja di bidang ini ee adalah kemajuan yang terjadi dalam diri saya seperti saya bisa beli mobil sendiri, saya bisa nyicil rumah sendiri, jadi memang pekerjaan ini memang menguras banyak waktu dan tenaga cuman effort yang diberikan juga lumayan besar tapi yang didapatpun juga gak sedikit jadi puaslah apa yang didapat sama yang di lakukan
Interviewer  : Itu mba “R” menabung juga atau memang dapetnya lebih besar bisa menghasilkan mobil seperti itu?
Interviewee   : Eeeee gak bisa langsung sih semuanya kan pake tahap ya nabung terus belajar nyicil juga jadi belajar menjadi orang yang bertanggung jawab juga jadi yaa eeee bisa dibilang dari tabungan Dp-nya sih bisa dilanjutin pake cicilan kaya gitu sih biar lebih bertanggung jawab aja
Interviewer   : Apakah pekerjaan mba “R” yang lakukan sekarang ini sesuai dengan passionnya dari awal ?
Interviewee     : Iya
Interviewer     : Passion yang seperti apa aya ?
Interviewee  : Passion yang mungkin bertemu banyak orang, mencoba hal baru, mewujudkan impian dari macam-macam orang jadi takdirnya sih nggak nyangka aja gitu satu ruangan kosong bisa jadi tempat mewah dengan tema yang sudah ditentukan, intinya sih seperti melakukan hal yang nggak mungkin tapi menjadi mungkin
Interviewer      : Bagaimana ekspetasi mba “R” terhadap pekerjaan mba “R” ?
Interviewee   : Ekspetasinya ya maunya sih ada kemajuan jadi sekarang kan saya kerjanya di bidang EO maunya naiknya kerja di bidang agency terus baru ke klien jadi ada perkembangan lah tapi tetep di dunia yang sama  at least menyelanggarakan suatu acara
Interviewer      : Mba “R” berarti senang dengan acara-acara seperti itu ya ?
Interviewee      : Iya
Interviewer    : Apakah mba “R” pernah mendapatkan reward dari pekerjaan yang mba “R”lakukan ?
Interviewee    : Pernah, waktu itu saya pernah jadi pegawai di kantor saya pertama setelah lulus, setelah lulus kuliah itu di tahun 2012 saya jadi the best employee dan saya dapat hadiah dari kantor itu
Interviewer      : Hadiah seperti apa ?
Interviewee      : Harus disebutin gitu hadiahnya ?
Interviewer      : Sesuai yang mba “R” inginkan atau dari kantornya sendiri ?
Interviewee   : Iya, kantor, kantor …. Saya sebagai pemenang the best employeenya trus menanyakan kepada saya apa hadiah yang saya mau? dan saya menyebutkan dan kantor memenuhi itu.
Interviewer      : Apakah dampak yang didapatkan saat menerima reward tersebut ?
Interviewee  : Dampaknya sih saya ngerasa eee dampaknya eee kalo dari segi positifnya saya merasa Alhamdulillah effort saya selama kerja ada hasilnya dihargai cuman utnuk mungkin lebih kepada jadi yang harus lebih belajar lagi karena jangan gampang puas karena kerja itu kan berkembang terus event organizer itu makin banyak jadi kita harus punya keunggulan diri masing-masing supaya kita dicari orang juga dibidang itu
Interviewer      : Kalo dalam hal pekerjaan gimana cara …. atau bagaimana ?
Interviewee    : Bikin saya lebih giat sih karena pekerjaan saya itu sistemnya gak tentu jadi harus saya selesaikan, karena saya gak tau setelah kerjaan itu akan ada kerjaan apalagi jadi gak bisa ditumpuk jadi mau gak mau saya harus giat bekerjanya
Interviewer      : Perilaku seperti apa yang mba “R” lakukan tersebut ?
Interviewee   : Nggak muluk-muluk sih kerja normalnya aja berangkatnya pagi, datang pagi tepat waktu ngikutin deadline gak mepet sempet di cek juga trus gak mengecewakan klien bikin eventnya lancar nggak sulit sih asal kita punya disiplin aja atas waktu yang kita punya aja
Interviewer    : Mba “R” sering ketemu klien banyak gak sih klien-klien yang menurut mba “R” ini merepotkan atau bagaiman ?
Interviewee   : Banyy. Eeee intinya sih klien itu macem-macem jenisnya ada yang bikin ribet ada yang santai ada yang galak jangan pernah bikin, jangan pernah anggap mereka repot aja kita jalanin aja intinya gak ada masalah yang bisa diselesain kalo kita mau jalaninnya dengan baik
Interviewer      : Apa saja hal-hal yang membuat mba “R” kesulitan dalam bekerja ?
Interviewee   : Kalo yang membuat kesulitan ya mungkin karena kita bersaing ya dengan EO yang lain jadi kita harus lebih kreatif harus lebih update tapi sih sebenernya bukan jadi kesulitan juga tapi kadang juga ada beberapa klien yang memang memahami tentang EO juga jadi lebih banyak mengatur itu sih yang lebih bikin kesulitan karena kan sekarang cari informasikan sekarang udah gampang jadi bukan hal yang susah buat seorang klien mencari informasi dari yang dunia EO kerja itu apa jadi itu kita harus bisa buktiin klien mereka pas milih kita kaya gitu
Interviewer      : Itu salah satu motivasi mba “R” dalam bekerja?
Interviewee      : Iyaaakkkk kurang lebih seperti itu
Interviewer    : Jadi kan mba “R” katakan mba “R” itu bisa jadi eee sering menjadi project officer nah jadi project officer itu seperti apasih?
Interviewee   : Project officer itu mengurus semua hal yang akan dilakukan pada setiap event mulai dari kebutuhaannya ceklist, budget, order ini itu  delegasi timnya itu semua ada di project officer semua keputusan ada di project officer
Interviewer      : Jadi semua tanggung jawab itu ada di mba “R”?
Interviewee      : Iyaa
Interviewer   : Nah berarti mba “R” itu sebagai pemimpin di suatu event itu gimana sih mba “R” tim-tim itu bekerja lebih bagus ?
Interviewee   : Eeee biasanya sih kasih contoh dulu nanti tinggal mereka terusin atau nggak saya kasih kepercayaan mereka kerja tapi tetep digawangin cuman intinya saya berusaha menjadi PO yang bertanggung jawab dan gak hanya ngasih kerjaan doang tapi saya juga ngerjain karena sembari ngecek juga jadi dia gak ngerasa saya seperti bos tapi dia ngerasa kita sebagai tim.
Interviewer      : Apakah mba “R” sangat nyaman dengan pekerjaan mba “R” saat ini?
Interviewee      : Sampai saat ini saya nyaman dengan pekerjaan saya
Interviewer      : Walaupun sebanyak …. Waktu mba “R” tetep nyaman ?
Interviewee    : Ya saat ini ya tapi kan saya belum tau kalau saya udah berkeluarga nanti apakah saya mau kerja disini atau jadi ibu rumah tangga saya mau tapi ya belum tau, tapi saat ini saya nyaman mencari nafkah dibidang ini
Interviewer      : Mempunyai keinginan gak sih untuk beralih keposisi lain?
Interviewee    : Udah pernah coba tapi ternyata gak cocok jadi sampai saat ini belum ada keinginan untuk beralih ke profesi lain lagi
Interviewer      : Posisi apa yang mba “R” pernah coba ?
Interviewee   : Pernah mau kerja di PNS, trus jadi sekertaris kurang dapet feelnya karena kerjanya gak terlalu banyak lebih banyak diem dikantor ngerasa gak berkembang aja kaya jadi berhenti ditempat makanya kayanya memang cintanya sama dunia event organizer sama dunia bikin acara gitu
Interviewer      : Kalo yang tadi seperti agency itu seperti satu bidangnya ya?
Interviewee   : Tetap, tetap disatu bidangnya karena kan yang namanya yang bikin acara itu kan ada klien…. Ada agencynya ada EOnya jadi say, saya yang sudah lumayan lama di EO pengennya sih berkembang pindah ke agency gitu
Interviewer    : Ohh ekspetasi apa yang mba inginkan kalo misalkan bekerja di agency itu ?
Interviewee   : Maunya sih kalo udah bekerja di agency saya bikin proposal seperti agency trus bahasa inggrisnya juga lebih lancar karena memang kan bekerja di agency dituntut bahasa inggris trus kali bisa saya maunya sih beberapa tahun di agency saya pindah ke kliensite jadi saya bisa merasakan setiap tahapan itu
Interviewer      : Jadi yang mba “R” ingin naik setiap tahapan-tahapan?
Interviewee      : Iya saya pengennya berkembang
Interviewer      : Kalo boleh nanya paling atas tahapannya itu apa?
Interviewee   : Klien Site karena dia yang ngasih kerjaan  ke agency, agency ngasih kerjaan ke EO
Interviewer      : Berarti ke agency dulu baru ke klien site?
Interviewee      : Iya
Interviewer      : Kalo dalam hal …
Interviewee      : Eee ke dari klien site ke agency baru ke EO
Interviewer    : Ohhhh, kalo misalkan dari financialnya apa yang mba kalo kerja di agency itu ?
Interviewee    : Kalo agency mungkin lebih teratur ya karena kan agency itu kan rata-rata di Jakarta itu udah pada gede-gede jadi jaminan kesehatan lebih terjamin trus ee salarynya juga lebih besar daripada Event Organizer tapi kerjaanya juga tidak terlalu menguras tenaga karena memang lebih beratnya di pemikiran sih kalo agency karena kan executor tetep EO
Interviewer      : Jadi lebih banyak kerja di?
Interviewee      : Meja
Interviewer      : Dibanding dilapangan?
Interviewee      : Iya
Interviewer      : Kan tadi mba “R” bilang menjadi sekertaris itu kan kaya bekerja di meja juga kalo di agency dimeja juga?
Interviewee    : Kalo di agency itu lebih kepada kita read planner kreatifnya nanti ke develop ke EO akan seperti itu tapi nggak menutup kemungkinan agency juga ngerjain di EO tapi intinya agency dapet langsung dari klien site
Interviewer      : Ee kalo waktunya? apakah agency lebih memiliki banyak waktu?
Interviewee   : Agency lebih teratur sih waktunya karena kita diii akan ada biaya tambahan jika kita diharuskan lembur tidak sama seperti di dunia EO
Interviewer    : Nah misalkan bagaimana jika mba “R” udah pindah ke agency tetapi ekspetasinya mba “R” itu gak sama kaya kenyataan
Interviewee   : Eeeee makanya sebenarnya tergantung ekspetasi dari masing-masing orang ya kalau saya itu memang orangnya terlalu banyak berkespetasi karena buat saya yang penting udah nyobain banyak belajar jadi kita gak usah banyak ekspetasi kalau memang gak, gak berbeda dari ekspetasi kita kan kita punya pilihan untuk meneruskan atau kita mencari bidang lain tapi sih saya lebih karena saya tipenya orang yang memang kalo udah dapet kerjaan itu akan nyelesein dengan baik ya saya akan bekerja dengan baik walaupun memang tidak sesuai dengan ekspetasi saya
Interviewer      : Walaupun banyak kesulitan itu tetep dikerjain dengan baik?
Interviewee    : Eee iyalah karena kan ibaratnya kesulitan itu kan  bumbu pekerjaan lah selama kita masih bisa nyari solusi ya masih mau melakukannya insya Allah ada jalanlah ya saya juga orangnya percayalah Allah gak akan ngasih cobaan yang lebih berat dari kemampuan umatnya jadi gak mungkin ada masalah yang nggak bisa diatasi
Interviewer   : Penanganan diri seperti apa yang mba “R” lakukan jika menghadapi kesulitan yang mba “R” sebutkan tadi?
Interviewee  : Mungkin eee saya bakal, ee saya lebih menenangkan diri dalam melakukan tindakan lebih berfikir panjang terus lebih tenang juga jangan terbawa emosi jangan kesel jadi saya lebih dan berusaha ikhlaslah ama udah sama apapun yang udah dikerjain apapun pekerjaan yang udah saya ambil
Interviewer     : Apakah mba “R” pernah merasa jenuh dengan saat dengan pekerjaan mba “R” saat ini?
Interviewee   : Dulu sih saya merasa jenuh jadi pegawai tetap karena saya ngerasa saya gak ngerasain tuh yang namanya kebebasan kerja di EO karena saya terlalu kerja-kerja terus tapi sebenernya saya mencoba nih jadi freelance sebenarnya malah yang saya liat nggak menjenuhkan malah ternyata menjenuhkan karena saya lebih bebas sama diri saya saya lebih gak teratur karena saya freelance ini saya jadi susah nabung mendingan saya tetap sebenernya karena kalau saya pegawai tetap saya punya dedikasi tinggi terhadap sebuah perusahaan sedangkan kalau saya freelance kaya gini kan saya banyak bekerja di beberapa EO jadi bawa nama beberapa EO juga ke kantornya juga seenaknya aja jadi saya tidak bisa mengatur diri saya dengan benar sih selama kerja di freelance ini
Interviewer      : Berarti mba “R” ingin memilih pekerjaan yang tepat gitu?
Interviewee   : Iya lebih maunya sih mungkin tetap karena saya punya komitmen punya dedikasi juga perusahaan itu sih dan saya pun bisa lebih menunjukan diri saya sih kalo saya punya potensi
Interviewer    : Berarti kalo bekerja saat ini yang bikin melihat dedikasi mba “R” itu ya ?
Interviewee    : Pekerjaan ini pun menurut dedikasi saya kan karena kan kalo ini kan saya bukan bawa nama perusahaan tapi bawa nama saya sendiri kalo saya jelek EO-EO gak akan mau pake sebenernya memang lebih menuntut di pekerja freelance tapi saya ini lebih jadi gak teratur karena saya lebih bebas trus penghasilannya juga gak teratur tergantung pekerjaan saya ambil jadi saya ngerasa kurang jaminan aja sih kerja freelance
Interviewer      : Eee, ee gimana jika mba “R” menghadapi suatu masalah gimana mba “R”mengatasinya? Kalo bosan
Interviewee    : Kalo bosan sih saya lebih gak, biasanya tuh saya orangnya gak pernah nyelesein kerjaan gak..gak sampe selesai jadi walaupun saya udah bosan tetep saya kerjain mungkin saya break dulu saya cari hiburan dulu saya balik lagi saya selesein jadi gak diikutinlah kadang mood saya bosan males itutuh perasaan yang gak boleh diikutin karena kita itu punya tujuan dimana kita punya kerjaan tanggung jawab dan bawa nama kita sendiri jadi kita selesein dengan baik gak boleh karena ‘aduh gw males ah ngerjain ini’ trus kita gak ngerjain padahal itu ada deadlinenya yang kaya gitu harus dibuang jauh-jauh lah
Interviewer      : Berarti ada gak sih orang yang mba “R” disaat mba “R” seperti itu ?
Interviewee    : Sebenarnya sih kalo untuk seseorang yang selalu ada sih sebenarnya sih saya tu maunya pengertian dari keluarga saya dari mama saya dari adek saya dengan kondisi saya seperti ini eee karena memang ini pekerjaan yang sudah saya pilih dimana saya harus mengorbankan banyak waktu dengan keluarga tapi saya maunya itu mereka tetap mensupport saya dalam keadaan apapun eee dan Alhamdulillah sejauh ini orang tua mama, adek saya mensupport pacar saya juga mensupport dengan kesibukan saya saat ini jadi saya merasa mengapa saya bekerja dengan kerjaan ini karena saya ngerasa orang sekitar saya itu mengerti dengan kondisi pekerjaan saya saat ini
Interviewer      : Support seperti apa dengan orang-orang yang bicarakan itu ?
Interviewee   : Support seperti apa eee apa ya mungkin kaya mereka bisa mengerti kalau saya mungkin gak bisa hadir di pertemuan keluarga saya gak bisa menemani mereka tersu mungkin pada saat saya pergi bersama keluarga saya buka laptop harus nyelesein pekerjaan mereka gak protes mereka tau karena saya sibuk mereka tetep sabar walaupun saya cuman sebentar diacara keluarga saya pamit saya harus bekerja lagi merekaa gakk, nggak, nggak keberatanlah akan hal itu walaupun saya tau saya pun kadang kalo lagi kerja gitu suka rindu pengen bareng-bareng sama mereka pengen ngabisin waktu bareng mereka cuman kan karena pekerjaan saya udah ambil dan harus diselesaikan mau gak mau saya harus selesaikan dulu baru nanti disela-sela waktu saya kosong saya menghabiskan waktu bersama mereka
Interviewer   : Apakah orang-orang tersebut merupakan salah satu motivasi anda untuk bekerja?
Interviewee  : Karena saya sejujurnya saya bekerja untuk mencari nafkah untuk menabung dan untuk menyenangkan mereka juga bukannya saya berpikir uang bisa membeli segalanya ya tapi eee kalau saya bekerja saya dapat uang saya maunya kita makan bareng kita ngabisin waktu sama-sama  saya ngikutin permintaan mereka kalau saya punya uang dan gak mungkin karena sejujurnya saya bukan orang dari konglomerat saya harus bekerja untuk memenuhi itu mau gak mau saya harus bekerja keras dulu buat ya bisa ngajakin keluarga saya senang-senang lah ya ngitung-ngitung buat mengobati kerinduan mereka selama saya bekerja walaupun sebenarnya mungkin hanya ada dikit kerinduan yang terobati tapi, saya berusaha untuk melakukan hal itu
Interviewer      : Jadi keluarga mba “R” pernah protes dengan pekerjaan mba “R” ini?
Interviewee   : Iya kebetulan mama saya sama almarhum ayah saya protes dengan pekerjaan ini jadi maka dari itu saya coba kerja lain tapi ternyata kerjaan itu tidak sesuai dengan kemauan saya dan Allah berkehendak lain juga papa saya meniggal jadi saya balik lagi aja kerja di bidang saya
Interviewer  : Bentuk protes seperti apa yang mba “R” rasakan saat keluarga memprotes. Apa yang mba “R” rasakan saat keluarga memprotes pekerjaan mba “R” ?
Interviewee     : Saya sih ngerasa sedih aja sih padahal saya bekerja ya untuk ya untuk cari nafkah untuk nyenengin mereka juga tapi pada saat dapet reward dari pekerjaan saya mereka tidak, tidak merasa bangga gitu saya merasa gagal cuman saya gak terpuruk akan kesedihan itu saya coba ikutin kemauan mereka saya pindah kerja tapi kan ternyata Tuhan berkehendak lain saya lebih cocok di dunia kerja di dunia EO jadi saya balik lagi dan alhmadulillah setelah proses itupun mama saya lebih memahami kondisi saya dan keluarga saya yang lain
Interviewer    : Berarti keluarga sangat penting, eeehh keluarga sangat mempengaruhi pekerjaan mba “R” saat ini ?
Interviewee   : Iya keluarga sangat mempengaruhi karena kalau keluarga saya tidak support saya pun sebenernya agak males juga sih kerjanya cuman tapi balik lagi walaupun saya sudah mengambil kerjaan dan keluarga keberatan pasti saya akan tetap menyelesaikan pekerjaan walaupun dengan kondisi saya harus memang sedikit merelakan waktu saya terbuang bersama keluarga untuk pekerjaan saya
Interviewer      : Mba “R” ini mempunyai dedikasi yang tinggi atas pekerjannya
Interviewee    : Mungkin sih iya kali ya karena memang beberapa orang berpendapat seperti itu sih, tapi saya sendiri gak tau karena yang nilai orang lain
Interviewer     : Kalau keluarga memberikan support yang sangat lebih yang mba “R” rasakan apasih mba?
Interviewee    : Eee senanglah bahagia ngerasa ya mereka ngerasa kondisi pekerjaan saya mereka dukung saya jadi ngerasa walaupun yaa saya berbulan-bulan capenya minta ampun tapi kalo pulang kerumah mereka menghabiskan waktu sama saya gak ada yang marahin saya seneng banget kesannya itu kaya gw persiap dari kalo mungkin kalo saya puya dana lebih untuk nyenengin mereka
Interviewer   : Kalo mba “R” menglami kesulitan apakah mba “R” mengingat mereka?
Interviewee    : Biasanya kalo saya mengalami kesulitan saya sharing ke mama saya, sharing ke adek saya biar mereka tau bukannya saya mau membuat mereka pikiran akan pekerjaan saya tapi saya ya tapi lebih kepada saya pun butuh support mereka apa tindakan saya ambil untuk mee,, untuk mengatasi kesulitan tersebut dan saya butuh pendapat mereka seperti itu sih
Interviewer   : Okedeh mba “R” terimakasih atas waktunya mohon maaf karena mengganggu waktu mba “R” semoga pekerjaan mba “R” semakin lancar harapan-harapan yang mba rzike inginkan semakin lancar kalo boleh minta saran apasih yang membuat mba “R” ini, membuat mba “R” kerja dengan baik kaya gitu. Yang memotivasi?
Interviewee   : Yang memotivasi untuk kerjaan yang baik karena yang saya alami pekerjaan itu adalah hal yang akan menambah ilmu kamu menghasilkan, ee bisa memenuhi nafkah kamu terus halal pekerjaannya tidak merugikan orang lain dan bisa membahagiakan keluarga dan orang yang kamu cintai motivasi itu yang bikin saya bisa giat bekerja karena kalau saya bekerja tidak baik itu akan menjadi beban orang tua saya akan menjadi saya tidak akan diterima kerja ditempat lain saya susah mencari nafkah tapi kalo saya bekerja dengan giat saya akan dicari banyak orang saya aka nee dapat memenuhi nafkah saya atau bahkan lebih untuk membahagiakan keluarga saya mama saya adek saya jadi tanamkan hal jangan bikin pekerjaan itu menjadi beban tapi bikin cintai pekerjaan kamu karena bikin pekerjaan itu bukan hanya beban kamu tapi suatu hal yang kamu cintai sehingga kamu melakukannya dengan baik
Interviewer      : Jadi cintai pekerjaan seperti mencintai diri sendiri, seperti itu
Interviewee   : Gak mencintai diri sendiri sih agak narsis kalo mencintai diri sendiri tapi lebih kepada cintai pekerjaan kamu seperti kamu mencintai orang disekitar kamu sama keluarga kamu
Interviewer      : Okedeh terimakasih ya mba “R”


BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan teori drive (reinforcement) tentang adanya hubungan dengan teori belajar operant conditioning dari Skinner tentang penguatan. Pada dasarnya teori pengukuhan ini didasarkan pada asumsi bahwa corak motivasi kerja adalah reaktif. Melalui proses pengukuhan tertentu, yang merupakah proses pembelajaran, sebagaimana disarankan oleh Jablonske dan de Vries individu diajarkan untuk memiliki motivasi kerja yang lebih proaktif. Telah kita ketahui subjek dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari dan mendapat reward dari tempat dimana subjek bekerja maka dari itu subjek diberi penguatan positif.
Berdasarkan teori harapan dari lawyer, subjek dapat mengimplikasikannya yaitu :
·         Karyawan layak harus dihargai untuk kinerja luar biasa mereka. Ya karena subjek mendapat reward dari kantor tempat ia bekerja
·         Sistem imbalan harus berlaku jujur dan adil dalam suatu organisasi. Ya karena subjek diberi kesempatan untuk memilih hadiah
·         Organisasi harus merancang pekerjaan yang dinamis dan menantang. Subjek suka dengan pekerjaan yang menantang dan berkembang sesuai dengan hasil wawancara diatas.
Berdasarkan teori tujuan teori ini mengatakan bahwa kita akan bergerak jika kita memiliki tujuan yang jelas dan pasti. Dari teori ini muncul bahwa seseorang akan memiliki motivasi yang tinggi jika dia memiliki tujuan yang jelas. Sehingga muncullah apa yang disebut dengan Goal Setting (penetapan tujuan). Penetapan tujuan juga dapat ditemukan dalam teori motivasi harapan. Individu menetapkan sasaran pribadi yang ingin dicapai. Sasaran-sasaran pribadi memiliki nilai kepentingan pribadi (valence) yang berbeda-beda. Subjek memiliki tujuan yang jelas ketika bekerja, dan subjek memiliki motivasi yang tinggi subjek dapat membeli rumah, mobil dan membahagiakan keluarganya merupakan tujuan dari mBotivasi kerja subjek.
Berdasarkan teori Maslow, subjek nyaman menjalani pekerjaannya saat ini dapat mencukupi kehidupan sehari-hari subjek, terpenuhi akan kasih sayang.