PSIKOLOGI MANAJEMEN
Motivasi Kerja Pada Karyawan EO (Event Organizer)
BAB 1
LANDASAN TEORI
A.
Pengertian
Motivasi Kerja
Motivasi adalah suatu proses dimana
kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan
yang mengarah ke tercapainya tujuan tertentu. Tujuan yang jika berhasil dicapai
akan memuaskan atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Misalnya, rasa haus
(kebutuhan untuk minum) menyebabkan kita tertarik pada air segar. Jika tidak
haus kita akan bersikap netral pada air (Munandar, 2001).
Motivasi yaitu faktor-faktor yang mengarahkan dan
mendorong perilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yang
dinyatakan dalam bentuk usaha yang keras atau lemah. Faktor-faktor itu sering
kali disebut dengan motivasi, sebagai tujuan yang diinginkan yang mendorong
orang berperilaku tertentu, sehingga motivasi sering pula diartikan dengan
keinginan, tujuan kebutuhan, atau dorongan dan sering dipakai secara bergantian
untuk menjelaskan motivasi seseorang (Hariandja, 2002).
Menurut McGinnis (dalam Sutoyo, 2000) motivasi kerja
merupakan kehendak untuk menggunakan usaha yang tinggi terhadap tujuan
organisasi, dikondisikan oleh kemampuan dari usaha tersebut untuk memenuhi
beberapa kebutuhan individu.
Sedangkan
menurut Steers dan Porter (dalam Bakar, 2012) definisi motivasi kerja
merangkumi tiga fungsi yaitu, ia menggerakan atau mendorong pekerja untuk
bekerja, mendorong pekerja bertindak untuk mencapai matlamat, mengekalkan usaha
selagi matlamat tidak dicapai.
Kemudian
menurut Pinder (2008), motivasi kerja adalah seperangkat kekuatan energik yang
berasal baik dari dalam mapun dari luar makhluk individu, untuk memprakarsai
perilaku yang berhubungan dengan pekerjaan, dan untuk menentukan bentuk, arah,
intensitas, dan durasi perilaku tersebut.
Sementara
itu menurut Fuad dkk (2006), motivasi kerja adalah proses pemberian motif
(penggerak) kepada karyawan untuk dapat bekerja sedemikian rupa sehingga tujuan
organisasi dapat tercapai secara efisien dan efektif.
Dapat
disimpulkan dari pengertian-pengertian diatas bahwa motivasi kerja merupakan
kehendak yang mempengaruhi perilaku individu dalam bekerja untuk memenuhi
kebutuhan individu juga memenuhi tujuan organisasi secara efisien dan efektif.
B.
Teori Motivasi
1.
Teori Drive Reinforcement
Teori
ini berhubungan dengan teori belajar operant
conditioning dari Skinner. Teori ini mempunyai dua aturan pokok: aturan
pokok yang berhubungan dengan pemerolehan jawaban-jawaban yang benar, dan
aturan pokok lainnya yang berhubungan dengan penghilangan jawaban-jawaban yang
salah.
Pemerolehan
dari satu perilaku menuntut adanya satu pengukuhan sebelumnya. Pengukuhan dapat
terjadi positif (pemberian ganjaran untuk satu jawaban yang diinginkan) atau
negatif (menghilangkan satu rangsang aversif jika jawaban yang diinginkan telah
diberikan) tetapi organisme harus membuat kaitannya antara aksi atau
tindakannya dengan akibat-akibatnya.
Siegel
dan Lane (1982) mengutip Jablonske dan de Vries, memberi saran bagaimana
manajemen dapat meningkatkan motivasi kerja tenaga kerja, yaitu dengan:
a.
Menentukan apa
jawaban yang diinginkan
b.
Mengkomunikasikan
dengan jelas prilaku ini kepada tenaga kerja
c.
Mengkomunikasikan
dengan jelas ganjaran apa yang akan diterima tenaga kerja jika jawaban yang
benar terjadi
d.
Memberi ganjaran
hanya jika jawaban yang benar yang dilaksanakan
e.
Memberika
ganjaran kepada jawaban yang diinginkan pada saat yang paling memungkinkan,
yang terdekat dengan kejadian
Pada dasarnya teori pengukuhan ini didasarkan pada
asumsi bahwa corak motivasi kerja adalah reaktif. Melalui proses pengukuhan
tertentu, yang merupakan proses pembelajaran, sebagaimana disarankan oleh
Jablonske dan de Vries, individu diajarkan untuk memiliki motivasi kerja yang
lebih produktif.
2.
Teori Harapan
Sejak dikembangkan oleh Vroom, teori harapan
dikembangkan lebih lanjut oleh ahli lain, antara lain oleh Porter & Lawler.
Dalam pembahasan teori harapan selanjutnya akan dikemukakan teori harapan yang
dikembangkan oleh Lawler berdasarkan pengembangan lebih lanjut dari model dari
Porter-Lawler (1968), sebagaimana disajikan oleh Siegel & Lane (1982).
Model
teori harapan dari Lawler mengajukan empat asumsi:
a.
Orang mempunyai
pilihan-pilihan antara berbagai hasil-keluaran yang secara potensial dapat
mereka gunakan. Dengan perkataan lain, setiap hasil-keluaran alternatif
mempunyai harkat (valence = V), yang
mengacu pada ketertarikannya bagi seseorang. Hasil keluaran alternatif, juga
disebut tujuan-tujuan pribadi (personal
goals), dapat disadari atau tidak disadari oleh yang bersangkutan. Jika
disadari, maknanya serupa dengan penetapan tujuan-tujuan. Jika tidak disadari,
motivasi kerjanya lebih bercorak reaktif.
b.
Orang mempunyai
harapan-harapan tentang kemungkinan bahwa upaya (effort = E) mereka akan mengarah ke perilaku unjuk-kerja (performance = P) yang dituju. Ini
diungkapkan sebagai harapan E-P.
c.
Orang mempunyai
harapan-harapan tentang kemungkinan bahwa hasil-hasil keluaran (outcomes = O) tertentu akan diperoleh
setelah unjuk-kerja (P) mereka. Ini diungkapkan dalam rumusan harapan P-O.
d.
Dalam setiap
situasi, tindakan-tindakan dan upaya yang berkaitan dengan tindakan-tindakan
tadi yang dipilih oleh seseorang untuk dilaksanakan ditentukan oleh
harapan-harapan (E-P, dan P-O) dan pilihan-pilihan yang dipunyai orang pada
saat itu.
Model
harapan dari Lawler menyatakan bahwa besar kecilnya motivasi seseorang dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
|
|
|
Menurut
Lawler, faktor-faktor yang menentukan E-P (kemungkinan besarnya upaya
menyebabkan tercapainya unjuk-kerja yang diinginkan) ialah harga diri atau
kepercayaan diri, pengalaman lampau dalam situasi serupa, situasi sekarang yang
aktual, komunikasi (informasi dan persepsi) dari orang lain. Misalnya P,
unjuk-kerja yang diinginkan adalah nilai A untuk mata ujian psikologi Industri.
Kepercayaan diri Anda besar akan kemampuan menguasai mata pelajaran ini.
Pengalaman yang lampau bahwa jumlah 20 jam diperlukan mempelajari bahan mata
ujian yang diperkirakan sama ‘beratnya’. Lama ujian dua jam, sama dengan mata
ujian lainnya. Persepsi orang lain terhadap Anda ialah bahwa Anda mampu
menguasai bahan Psikologi Industri. Anda mempunyai pilihan untuk mencapai nilai
A, B atau C. Jika ingin mencapai nilai A, maka Anda akan menyediakan waktu
belajar selama 20 jam untuk mempelajari bahan Psikologi Industri.
Besar
kecilnya harapan P-O (sebesar apa kemungkinannya untuk mendapatkan berbagai
hasil-keluaran jika mencapai unjuk-kerja tertentu) juga ditentukan oleh
berbagai faktor, yaitu: pengalaman yang lalu dalam situasi yang serupa,
ketertarikan dari hasil-keluaran, kepercayaan dalam kendali internal dalam
melawan eksternal, harapan-harapan E-P, situasi aktual dan komunikasi dari
orang lain. Tercapainya unjuk-kerja yang diinginkan tidak menyebabkan adanya
kebutuhan yang dipenuhi. Tetapi dengan tercapainya unjuk-kerja tersebut akan
terkait kemungkinan diperolehnya hasil-keluaran yang memenuhi atau gagal
memenuhi kebutuhan-kebutuhan. Misalnya dengan dicapainya nilai A untuk
Psikologi Industri diharapkan akan diperoleh kepercayaan yang lebih besar dari
orang lain (hasil keluaran yang positif), iri hati dari rekan-rekan seangkatan
(hasil-keluaran yang negatif), peningkatan kemudahan dan kelancaran dalam
studi, penambahan teman untuk belajar bersama, makin besar kemungkina untuk
memperoleh promosi jabatan, dan sebagainya.
Komponen
ketiga dari model Lawler ialah harkat atau valence
(V) yang mencerminkan bagaimana perasaan Anda terhadap berbagai hasil-keluaran.
Hasil-keluaran adalah positif, jika Anda lebih ingin mencapainya, negatif jika
Anda tidak ingin mencapainya, dan netral, jika Anda tidak mempedulikan
hasil-keluarannya. Harkat diungkapkan dalam angka dan berkisar antara +1 sampai
-1. Misalnya mendapat promosi jabatan mendapat harkat +0,9, sedangkan
menimbulkan iri hati pada rekan seangkatan mungkin harkatnya -0,5.
Implikasi Teori
Harapan:
a.
Para manajer
dapat mengkorelasikan hasil yang lebih disukai untuk tingkat kinerja yang
ditujukan.
b.
Para manajer
harus memastikan bahwa karyawan dapat mencapai tingkat kinerja yang ditujukan.
c.
Karyawan layak
harus dihargai untuk kinerja luar biasa mereka.
d.
Sistem imbalan
harus berlaku jujur dan adil dalam suatu organisasi.
e.
Organisasi harus
merancang pekerjaan yang dinamis dan menantang.
f.
Tingkat motivasi
karyawan harus terus dikaji melalui berbagai teknik seperti kuesioner,
wawancara personal, dan lain-lain.
3.
Teori Tujuan
Teori
tujuan ini diusulkan oleh Locke. Locke mengusulkan model kognitif, yang
dinamakan teori tujuan, yang mencoba menjelaskan hubungan-hubungan antara niat/intentions (tujuan-tujuan) dengan
perilaku seseorang. Teori ini secara relatif lempang dan sederhana. Aturan
dasarnya ialah penetapan dari tujuan-tujuan secara sadar. Menurut Locke,
tujuan-tujuan yang cukup sulit, khusus dan yang pernyataannya jelas dan dapat
diterima oleh tenaga kerja, akan menghasilkan unjuk kerja yang lebih tinggi
daripada tujuan-tujuan yang taksa, tidak khusus, dan yang mudah dicapai. Teori
tujuan, sebagaimana dengan teori keadilan didasarkan pada intuitif yang solid. Penelitian-penelitian
yang didasarkan pada teori ini menggambarkan kemanfaatannya bagi organisasi.
Teori
ini juga menyatakan bahwa mencapai
tujuan adalah sebuah motivator. Hampir setiap orang menyukai kepuasan kerja
karena mencapai sebuah tujuan spesifik. Saat seseorang menentukan tujuan yang
jelas, kinerja biasanya meningkat sebab:
·
Ia akan
berorientasi pada hal hal yang diperlukan
·
Ia akan berusaha
keras mencapai tujuan tersebut
·
Tugas tugas
sebisa mungkin akan diselesaikan
·
Semua jalan
untuk mencapai tujuan pasti ditempuh
Teori
ini mengatakan bahwa kita akan bergerak jika kita memiliki tujuan yang jelas
dan pasti. Dari teori ini muncul bahwa seseorang akan memiliki motivasi yang
tinggi jika dia memiliki tujuan yang jelas. Sehingga muncullah apa yang disebut
dengan Goal Setting (penetapan
tujuan). Penetapan tujuan juga dapat ditemukan dalam teori motivasi harapan. Individu
menetapkan sasaran pribadi yang ingin dicapai. Sasaran-sasaran pribadi memiliki
nilai kepentingan pribadi (valence)
yang berbeda-beda.
Proses
penetapan tujuan (goal setting) dapat
dilakukan berdasarkan prakarsa sendiri, dapat seperti MBO, diwajibkan oleh
organisasi sebagai satu kebijakan peusahaan. Bila didasarkan oleh prakarsa
sendiri dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja individu bercorak proaktif dan
ia akan memiliki keterikatan (commitment)
besar untuk berusaha mencapai tujuan-tujuan yang telah ia tetapkan. Bila
seorang tenaga kerja memiliki motivasi kerja yang lebih bercorak reaktif, pada
saat ia diberi tugas untuk menetapkan sasaran-sasaran kerjanya untuk kurun
waktu tertentu dapat terjadi bahwa keterikatan terhadap usaha mencapai tujuan
tersebut tidak terlalu besar. Penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme:
a.
Tujuan adalah
yang mengarahkan perhatian
b.
Tujuan adalah
yang mengatur upaya
c.
Tujuan adalah
meningkatkan persistensi
d.
Tujuan adalah
menunjang strategi untuk dan rencana kegiatan
4.
Teori Hirarki Kebutuhan Maslow
Ketika
setiap kebutuhan pada dasarnya terpenuhi, kebutuhan yang berikutnya menjadi
dominan pada hidup manusia. Individu akan bergerak menaiki tingkat hirarki
kebutuhannya. Dari sudut motivasi, terori tersebut mengatakan bahwa meskipun
tidak ada kebutuhan yang benar-benar terpenuhi, sebuha kebutuhan yang pada
dasarnya telah terpenuhi tidak lagi memotivasi. Jadi bila ingin memotivasi
seseorang menurut Maslow. Kita harus memahami tingkat hiraraki dimana orang
tersebut berada saat ini dan fokus untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan di atas
di atas tingkat tersebut.
Maslow memisahkan lima kebutuhan ke
dalam urutan-urutan yang lebih tinggi dan lebih rendah. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut adalah:
a.
Kebutuhan
fisiologikal (physiological needs),
seperti: rasa lapar, haus, istirahat dan sex
b.
Kebutuhan rasa
aman (safety needs), tidak dalam arti
fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual;
c.
Kebutuhan akan
kasih sayang (love needs);
d.
Kebutuhan akan
harga diri (esteem needs), yang pada
umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan
e.
Aktualisasi diri
(self actualization), dalam arti
tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat
dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
5.
Kebutuhan Yang Relevan Dengan Perilaku Dalam
Organisasi
Kebutuhan
adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkan mahluk hidup dalam aktivitas-aktivitasnya
dan menjadi dasar (alasan) bagi setiap individu untuk berusaha. Pada dasarnya, manusia
bekerja mempunyai tujuan tertentu, yaitu memenuhi kebutuhan. Atau fundamen yang
mendasari perilaku pegawai. Karena tidak mungkin memahami perilaku tanpa
mengerti kebutuhannya.
Abraham
Maslow (Mangkunegara, 2005) mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia
adalah sebagai berikut:
·
Kebutuhan
fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan fisik, bernapas,
seksual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula
sebagai kebutuhan yang paling dasar.
·
Kebutuhan rasa
aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan diri dari ancaman, bahaya,
pertentangan, dan lingkungan hidup.
·
Kebutuhan untuk
rasa memiliki (sosial), yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok,
berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai.
·
Kebutuhan akan
harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain.
·
Kebutuhan untuk
mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill dan
potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan ide-ide, gagasan dan
kritik terhadap sesuatu
C.
Aspek Motivasi Kerja
Menurut Umar
(2002) aspek-aspek yang berperan dalam motivasi kerja yaitu:
1.
Budaya
organisasi
Budaya
organisasi yang positif akan mendorong motivasi kerja karyawan dan meningkatkan
efektivitas organisasi. Semakin kuat budaya organisasi maka semakin kuat pula
motivasi kerjanya.
2.
Lingkungan kerja
Lingkungan
kerja merupakan elemen organisasi yang mempunyai pengaruh kuat dalam
pembentukan perilaku individu pada organisasi dan berpengaruh terhadap prestasi
organisasi.Motivasi kerja dipengaruhi oleh tersedianya kondisi lingkungan kerja
baik lingkungan kerja fisik maupun sosial budaya untuk menciptakan motivasi kerja
yang baik.
3.
Kepuasan kerja
Kepuasan
kerja adalah perasaan atau penilaian seseorang atas pekerjaannya dimana
pekerjaan tersebut berhubungan dengan harapan, kebutuhan, dan keinginan
mereka.Untuk mewujudkan hal tersebut mereka membutuhkan motivasi kerja yang
tinggi.
D.
Faktor Motivasi Kerja
Menurut
Fuad dkk (2006) terdapat tiga faktor penting yang mempengaruhi motivasi kerja
yaitu:
1. Kebutuhan
pribadi
2. Tujuan dan
persepsi individu atau kelompok
3. Cara untuk
mewujudkan kebutuhan, tujuan, dan persepsi tersebut
Sementara
itu menurut Nata (2015) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja adalah:
1. Uang
2. Fasilitas
kerja
3. Kepuasan
kerja
4. Perusahaan
besar
5. Manajemen
yang baik
6. Rasa aman
7. Jenjang karir
yang jelas
8. Pimpinan yang
mau membina dan memotivasi bawahannya
9. Rekan kerja
yang baik
10. Lingkungan
kerja yang baik
BAB 2
PEDOMAN WAWANCARA
I.
Subjek
A.
Identitas
Subjek
1. Nama
(Inisial) : RN
2. Jenis
Kelamin : Perempuan
3. Usia : 28 tahun
4.
Pendidikan : Diploma 4 (D4)
5.
Pekerjaan : Freelance EO
B.
Latar
Belakang Subjek
1. Apakah profesi Anda saat ini?
2. Dimanakah Anda bekerja saat ini ?
3. Sudah berapa lama Anda bekerja di tempat ini?
4. Apakah Anda mempunyai pengalaman bekerja sebelumnya?
5. Mengapa Anda memutuskan untuk bekerja di tempat ini?
C.
Daftar
Pertanyaan
Teori motivasi kerja
1.
Teori drive reinforcement
a. Hal apa yang memotivasi Anda untuk bekerja di tempat ini?
b. Apakah hasil dari pekerjaan Anda dapat memenuhi kebutuhan Anda?
2.
Teori harapan
a. Apakah pekerjaan yang Anda lakukan sesuai dengan passion Anda?
b. Bagaimana ekspektasi Anda terhadap pekerjaan Anda?
c. Pernahkan Anda mendapat reward atas pekerjaan yang Anda lakukan?
d. Reward seperti apakah yang biasanya diberikan kepada Anda?
e.
Apakah
dampak yang Anda rasakan saat menerima reward tersebut?
f.
Apa saja
hal-hal yang membuat kesulitan Anda saat bekerja?
g. Bagaimana Anda mengatasi kesulitan tersebut?
3.
Teori tujuan
a. Apakah Anda pernah menjadi ketua pelaksana dalam sebuah event di
tempat kerja Anda?
b. Bagaimana cara Anda mengarahkan tim Anda agar tujuan dari
event yang Anda selenggarakan tersebut berjalan dengan lancar?
c. Saat Anda menjadi anggota tim dari sebuat event. Apakah tujuan atau arahan yang
diberikan oleh ketua tim Anda membuat Anda bekerja lebih efektif?
d. Arahan seperti apa yang diberikan oleh ketua tim Anda?
4.
Teori kebutuhan Maslow
a. Apakah Anda nyaman dengan pekerjaan Anda saat ini?
b. Apakah Anda mempunya keinginan untuk beralih ke profesi
lain?
c. Harapan apa yang Anda inginkan jika Anda beralih ke
profesi tersebut?
d. Bagaimana pendapat Anda, jika kenyataan yang Anda
dapatkan tidak sesuai dengan eksepektasi Anda?
e. Apakah Anda pernah merasa jenuh dengan pekerjaan Anda?
f. Bagaimana Anda mengatasi hal tersebut?
g. Siapakah orang yang Anda harapkan untuk selalu memberikan
semangat kepada Anda saat
bekerja?
h. Hal apakah yang Anda rasakan saat orang-orang tersebut
memberikan Anda semangat dalam bekerja?
BAB 3
HASIL
WAWANCARA
A.
Identitas Subjek
Nama (Inisial) : RN
Jenis Kelamin :
Perempuan
Usia :
28 Tahun
Pendidikan Terakhir : Diploma 4 (D4)
Pekerjaan : Freelance EO
B.
Verbatim
Interviewer :
Selamat sore mba “R”
Interviewee :
Sore
Interviewer : Saya eee kami dari Universitas
Gunadarma ingin meminta izin kepada mba “R” untuk meminta waktunya untuk melakukan wawancara.
Apakah mba “R” menginjinkan ?
Interviewee :
Iya silahkan
Interviewer : Disini saya menggunakan satu kamera
untuk video dan satu perekam suara
Interviewee :
Iya
Interviewer :
Nah kita mulai ya
Interviewee :
Iya
Interviewer :
Eee mba “R” ini profesi sebagai apa ya saat ini
Interviewee :
Eee Freelance
Interviewer :
Ooo Freelance, freelance itu kerjanya
di bidang bagian apa ?
Interviewee : Eee kebetulan kerjanya di freelance di bidang event organizer eee biasanya sih handle klien atau nggak jadi project officer
Interviewer : Oooo jadi …. Bikin acara-acara seperti
itu ya mba “R” ?
Interviewee : Iya kurang lebih seperti itu untuk memanage acara untuk berlangsung sedemikian cantik
Interviewer : Mba “R” itu bekerjanya itu dimanaya sih?
Dikantor mana atau ?
Interviewee : Eee biasanya sih ikut di kantor-kantor
EO yang ada di Jakarta dengan berbagai macam klien berbagai macam project event nya jadi tergantung aja
dari project event yang ditawarkan
Interviewer : Sudah berapa lama sih mba “R” ini kerja
di bidang ini ?
Interviewee : Kurang lebih dari tahun 2009 sampe
tahun 2015 itu berapa tahun itu kira-kira, emm li, emm empat tahun ya? Ee enam
tahun yaa eh malah ya, he’eh enam tahun
Interviewer : Berarti banyak sekali ya event yang mba “R” kerjakan saat ini?
Interviewee : Eee Alhamdulillah udah lumayan banyak
Interviewer : Itu mengalami banyak kendala gak mba ?
Interviewee : Berbagai macam kendala di setiap eventnya sih beda-beda tergantung acaranya, tergantung kliennya,
tergantung kondisinya dilapangan juga jadi ya lumayanlah pengalamannya udah
didapat
Interviewer : Oooh jadi kerjanya juga dilapangan di indoor atau di outdoor gitu ya mba ?
Interviewee : Iyaa, kadang ada event yang ngadain di outdoor
ada yang evennnya ada di indoor
tergantung maunya kliennya aja sama Pekerjaannya seperti apa
Interviewer : Eeee, eee sangat menguras energy
sekali gak sih mba kerjaan seperti ini ?
Interviewee : Eeee lumayan menguras energi dan waktu
sih
Interviewer : Waktu? Waktu mba “R” sendiri bersama
keluarga atau bagaimana?
Interviewee : Iya waktu bersama keluarga, waktu
bersama pacar, ya banyak yang terkuras lah karena memang pekerjannya juga
banyak jadi makan waktunya juga banyak. Yang mesti disiapin juga banyak tapi
waktunya gak banyak jadi mau gak mau harus ada yang di korbankan terkadang
mengorbankan keluarga, sama pacar sama teman juga tapi kerjaannya tetep ke-handle
Interviewer : Apakah mba “R” punya pengalamaan kerja
seperti ini atau baru atau gimana ?
Interviewee : Dari awal lulus, waktu pada saat
kuliah memang sudah pernah kerja lapangan di event organizer nah cuman hanya lima bulan setelah itu langsung
kerja di EO jadi pengalamannya baru lulus
belum wisuda pun udah kerja di event
organizer tapi waktu itu jadi pegawai tetap tapi kan sekarangkan saya
kondisinya freelance
Interviewer : Kuliah dimana memang mba “R”?
Interviewee : Di Politeknik Negeri Jakarta atau
Poltek UI jurusan MICE, Meeting,
Incentive, Convention, Exhibition
Interviewer : Ohh berarti pekerjaan dan kuliah mba “R”
sesuai ya ?
Interviewee : Yaa, Alhamdulillah sesuai, jadi
perasaan saya seperti ngambil S2 aja pada
saat kerja diawal setelah lulus S1
Interviewer : Apa yang membuat mba “R” bekerja untuk
di bidang ini ?
Interviewee : Awalnya sih belum mengetahui ini
tentang bidang apa tapi lama-lama setelah setelah kuliah terus kerja lapangan
jadinya suka makanya kerjanya di bidang ini karena memang berbagai ketemu berbagai macam jenis orang terus
tantangannya juga berbagai macam keadaan ya banyak belajarlah di bidang ini
Interviewer : Kan kita liat tadi mba “R” cerita
pekerjaan ini banyak memakan waktunya mba “R”… kekuatannya apa gimana apasih
yang bikin mba “R” betah yang memotivasi mba “R” kerja di bidang ini ?
Interviewee : Eeee yang
memotivasi sih karena memang udah udah terlanjur kecelup dibidang ini udah suka
udah seneng sama pekerjannya dan mencari nafkah dibidang ini juga mo nabung
juga dari pekerjaan jadi mau, mungkin bisa dibilang ngikutin hobi tapi tetep
menghasilkan uang sih kaya gitu
Interviewer : Eee mau nanya apakah dipekerjaan ini
memenuhi kebutuhannya mba “R” inikah?
Interviewee : Ee Alhamdulillah kerja di bidang ini
ee adalah kemajuan yang terjadi dalam diri saya seperti saya bisa beli mobil
sendiri, saya bisa nyicil rumah sendiri, jadi memang pekerjaan ini memang
menguras banyak waktu dan tenaga cuman effort
yang diberikan juga lumayan besar tapi yang didapatpun juga gak sedikit jadi
puaslah apa yang didapat sama yang di lakukan
Interviewer : Itu mba “R” menabung juga atau memang
dapetnya lebih besar bisa menghasilkan mobil seperti itu?
Interviewee : Eeeee
gak bisa langsung sih semuanya kan pake tahap ya nabung terus belajar nyicil
juga jadi belajar menjadi orang yang bertanggung jawab juga jadi yaa eeee bisa
dibilang dari tabungan Dp-nya sih bisa dilanjutin pake cicilan kaya gitu sih
biar lebih bertanggung jawab aja
Interviewer : Apakah pekerjaan mba “R” yang lakukan
sekarang ini sesuai dengan passionnya
dari awal ?
Interviewee : Iya
Interviewer : Passion
yang seperti apa aya ?
Interviewee : Passion
yang mungkin bertemu banyak orang, mencoba hal baru, mewujudkan impian dari
macam-macam orang jadi takdirnya sih nggak nyangka aja gitu satu ruangan kosong
bisa jadi tempat mewah dengan tema yang sudah ditentukan, intinya sih seperti
melakukan hal yang nggak mungkin tapi menjadi mungkin
Interviewer : Bagaimana ekspetasi mba “R” terhadap
pekerjaan mba “R” ?
Interviewee : Ekspetasinya ya maunya sih ada
kemajuan jadi sekarang kan saya kerjanya di bidang EO maunya naiknya kerja di bidang agency terus baru ke klien jadi ada perkembangan lah tapi tetep di
dunia yang sama at least menyelanggarakan suatu acara
Interviewer : Mba “R” berarti senang dengan
acara-acara seperti itu ya ?
Interviewee : Iya
Interviewer : Apakah mba “R” pernah mendapatkan reward
dari pekerjaan yang mba “R”lakukan ?
Interviewee : Pernah, waktu itu saya pernah jadi
pegawai di kantor saya pertama setelah lulus, setelah lulus kuliah itu di tahun
2012 saya jadi the best employee dan
saya dapat hadiah dari kantor itu
Interviewer : Hadiah seperti apa ?
Interviewee : Harus disebutin gitu hadiahnya ?
Interviewer : Sesuai yang mba “R” inginkan atau dari
kantornya sendiri ?
Interviewee : Iya, kantor, kantor …. Saya sebagai
pemenang the best employeenya trus
menanyakan kepada saya apa hadiah yang saya mau? dan saya menyebutkan dan
kantor memenuhi itu.
Interviewer : Apakah dampak yang didapatkan saat
menerima reward tersebut ?
Interviewee : Dampaknya sih saya ngerasa eee
dampaknya eee kalo dari segi positifnya saya merasa Alhamdulillah effort saya selama kerja ada hasilnya
dihargai cuman utnuk mungkin lebih kepada jadi yang harus lebih belajar lagi
karena jangan gampang puas karena kerja itu kan berkembang terus event organizer itu makin banyak jadi
kita harus punya keunggulan diri masing-masing supaya kita dicari orang juga
dibidang itu
Interviewer : Kalo dalam hal pekerjaan gimana cara ….
atau bagaimana ?
Interviewee : Bikin saya lebih giat sih karena
pekerjaan saya itu sistemnya gak tentu jadi harus saya selesaikan, karena saya
gak tau setelah kerjaan itu akan ada kerjaan apalagi jadi gak bisa ditumpuk
jadi mau gak mau saya harus giat bekerjanya
Interviewer : Perilaku seperti apa yang mba “R”
lakukan tersebut ?
Interviewee : Nggak muluk-muluk sih kerja normalnya
aja berangkatnya pagi, datang pagi tepat waktu ngikutin deadline gak mepet sempet di cek juga trus gak mengecewakan klien
bikin eventnya lancar nggak sulit sih
asal kita punya disiplin aja atas waktu yang kita punya aja
Interviewer : Mba “R” sering ketemu klien banyak gak
sih klien-klien yang menurut mba “R” ini merepotkan atau bagaiman ?
Interviewee : Banyy. Eeee intinya sih klien itu
macem-macem jenisnya ada yang bikin ribet ada yang santai ada yang galak jangan
pernah bikin, jangan pernah anggap mereka repot aja kita jalanin aja intinya
gak ada masalah yang bisa diselesain kalo kita mau jalaninnya dengan baik
Interviewer : Apa saja hal-hal yang membuat mba “R”
kesulitan dalam bekerja ?
Interviewee : Kalo yang membuat kesulitan ya mungkin
karena kita bersaing ya dengan EO
yang lain jadi kita harus lebih kreatif harus lebih update tapi sih sebenernya bukan jadi kesulitan juga tapi kadang
juga ada beberapa klien yang memang memahami tentang EO juga jadi lebih banyak mengatur itu sih yang lebih bikin
kesulitan karena kan sekarang cari informasikan sekarang udah gampang jadi
bukan hal yang susah buat seorang klien mencari informasi dari yang dunia EO kerja itu apa jadi itu kita harus
bisa buktiin klien mereka pas milih kita kaya gitu
Interviewer : Itu salah satu motivasi mba “R” dalam
bekerja?
Interviewee : Iyaaakkkk kurang lebih seperti itu
Interviewer : Jadi kan mba “R” katakan mba “R” itu bisa
jadi eee sering menjadi project officer nah
jadi project officer itu seperti
apasih?
Interviewee : Project
officer itu mengurus semua hal yang akan dilakukan pada setiap event mulai dari kebutuhaannya ceklist, budget, order ini itu delegasi timnya itu semua ada di project officer semua keputusan ada di project officer
Interviewer : Jadi semua tanggung jawab itu ada di mba
“R”?
Interviewee : Iyaa
Interviewer : Nah berarti mba “R” itu sebagai
pemimpin di suatu event itu gimana
sih mba “R” tim-tim itu bekerja lebih bagus ?
Interviewee : Eeee biasanya sih kasih contoh dulu
nanti tinggal mereka terusin atau nggak saya kasih kepercayaan mereka kerja
tapi tetep digawangin cuman intinya saya berusaha menjadi PO yang bertanggung jawab dan gak hanya ngasih kerjaan doang tapi
saya juga ngerjain karena sembari ngecek juga jadi dia gak ngerasa saya seperti
bos tapi dia ngerasa kita sebagai tim.
Interviewer : Apakah mba “R” sangat nyaman dengan
pekerjaan mba “R” saat ini?
Interviewee : Sampai saat ini saya nyaman dengan
pekerjaan saya
Interviewer : Walaupun sebanyak …. Waktu mba “R” tetep
nyaman ?
Interviewee : Ya saat ini ya tapi kan saya belum tau
kalau saya udah berkeluarga nanti apakah saya mau kerja disini atau jadi ibu
rumah tangga saya mau tapi ya belum tau, tapi saat ini saya nyaman mencari
nafkah dibidang ini
Interviewer : Mempunyai keinginan gak sih untuk
beralih keposisi lain?
Interviewee : Udah pernah coba tapi ternyata gak
cocok jadi sampai saat ini belum ada keinginan untuk beralih ke profesi lain
lagi
Interviewer : Posisi apa yang mba “R” pernah coba ?
Interviewee : Pernah mau kerja di PNS, trus jadi
sekertaris kurang dapet feelnya
karena kerjanya gak terlalu banyak lebih banyak diem dikantor ngerasa gak
berkembang aja kaya jadi berhenti ditempat makanya kayanya memang cintanya sama
dunia event organizer sama dunia
bikin acara gitu
Interviewer : Kalo yang tadi seperti agency itu seperti satu bidangnya ya?
Interviewee : Tetap, tetap disatu bidangnya karena
kan yang namanya yang bikin acara itu kan ada klien…. Ada agencynya ada EOnya jadi
say, saya yang sudah lumayan lama di EO pengennya sih berkembang pindah ke agency gitu
Interviewer : Ohh ekspetasi apa yang mba inginkan kalo
misalkan bekerja di agency itu ?
Interviewee : Maunya sih kalo udah bekerja di agency saya bikin proposal seperti agency trus bahasa inggrisnya juga lebih
lancar karena memang kan bekerja di agency
dituntut bahasa inggris trus kali bisa saya maunya sih beberapa tahun di agency saya pindah ke kliensite jadi saya bisa merasakan
setiap tahapan itu
Interviewer : Jadi yang mba “R” ingin naik setiap
tahapan-tahapan?
Interviewee : Iya saya pengennya berkembang
Interviewer : Kalo boleh nanya paling atas tahapannya
itu apa?
Interviewee : Klien
Site karena dia yang ngasih kerjaan
ke agency, agency ngasih kerjaan ke EO
Interviewer : Berarti ke agency dulu baru ke klien
site?
Interviewee : Iya
Interviewer : Kalo dalam hal …
Interviewee : Eee ke dari klien site ke agency baru ke EO
Interviewer : Ohhhh, kalo misalkan dari financialnya apa yang mba kalo kerja di agency itu ?
Interviewee : Kalo agency mungkin lebih teratur ya karena kan agency itu kan rata-rata di Jakarta itu udah pada gede-gede jadi
jaminan kesehatan lebih terjamin trus ee salarynya
juga lebih besar daripada Event Organizer
tapi kerjaanya juga tidak terlalu menguras tenaga karena memang lebih beratnya
di pemikiran sih kalo agency karena kan
executor tetep EO
Interviewer : Jadi lebih banyak kerja di?
Interviewee : Meja
Interviewer : Dibanding dilapangan?
Interviewee : Iya
Interviewer : Kan tadi mba “R” bilang menjadi
sekertaris itu kan kaya bekerja di meja juga kalo di agency dimeja juga?
Interviewee : Kalo di agency itu lebih kepada kita read
planner kreatifnya nanti ke develop
ke EO akan seperti itu tapi nggak
menutup kemungkinan agency juga ngerjain
di EO tapi intinya agency dapet langsung dari klien site
Interviewer : Ee kalo waktunya? apakah agency lebih memiliki banyak waktu?
Interviewee : Agency
lebih teratur sih waktunya karena kita diii akan ada biaya tambahan jika kita
diharuskan lembur tidak sama seperti di dunia EO
Interviewer : Nah
misalkan bagaimana jika mba “R” udah pindah ke agency tetapi ekspetasinya mba “R” itu gak sama kaya kenyataan
Interviewee : Eeeee makanya sebenarnya tergantung
ekspetasi dari masing-masing orang ya kalau saya itu memang orangnya terlalu
banyak berkespetasi karena buat saya yang penting udah nyobain banyak belajar
jadi kita gak usah banyak ekspetasi kalau memang gak, gak berbeda dari
ekspetasi kita kan kita punya pilihan untuk meneruskan atau kita mencari bidang
lain tapi sih saya lebih karena saya tipenya orang yang memang kalo udah dapet
kerjaan itu akan nyelesein dengan baik ya saya akan bekerja dengan baik
walaupun memang tidak sesuai dengan ekspetasi saya
Interviewer : Walaupun banyak kesulitan itu tetep
dikerjain dengan baik?
Interviewee : Eee iyalah karena kan ibaratnya kesulitan
itu kan bumbu pekerjaan lah selama kita
masih bisa nyari solusi ya masih mau melakukannya insya Allah ada jalanlah ya
saya juga orangnya percayalah Allah gak akan ngasih cobaan yang lebih berat
dari kemampuan umatnya jadi gak mungkin ada masalah yang nggak bisa diatasi
Interviewer : Penanganan diri seperti apa yang mba “R”
lakukan jika menghadapi kesulitan yang mba “R” sebutkan tadi?
Interviewee : Mungkin eee saya bakal, ee saya lebih
menenangkan diri dalam melakukan tindakan lebih berfikir panjang terus lebih
tenang juga jangan terbawa emosi jangan kesel jadi saya lebih dan berusaha
ikhlaslah ama udah sama apapun yang udah dikerjain apapun pekerjaan yang udah
saya ambil
Interviewer : Apakah mba “R” pernah merasa jenuh
dengan saat dengan pekerjaan mba “R” saat ini?
Interviewee : Dulu sih saya merasa jenuh jadi
pegawai tetap karena saya ngerasa saya gak ngerasain tuh yang namanya kebebasan
kerja di EO karena saya terlalu
kerja-kerja terus tapi sebenernya saya mencoba nih jadi freelance sebenarnya malah yang saya liat nggak menjenuhkan malah
ternyata menjenuhkan karena saya lebih bebas sama diri saya saya lebih gak
teratur karena saya freelance ini
saya jadi susah nabung mendingan saya tetap sebenernya karena kalau saya
pegawai tetap saya punya dedikasi tinggi terhadap sebuah perusahaan sedangkan
kalau saya freelance kaya gini kan
saya banyak bekerja di beberapa EO
jadi bawa nama beberapa EO juga ke
kantornya juga seenaknya aja jadi saya tidak bisa mengatur diri saya dengan
benar sih selama kerja di freelance
ini
Interviewer : Berarti mba “R” ingin memilih pekerjaan
yang tepat gitu?
Interviewee : Iya lebih maunya sih mungkin tetap
karena saya punya komitmen punya dedikasi juga perusahaan itu sih dan saya pun
bisa lebih menunjukan diri saya sih kalo saya punya potensi
Interviewer : Berarti kalo bekerja saat ini yang bikin
melihat dedikasi mba “R” itu ya ?
Interviewee : Pekerjaan ini pun menurut dedikasi saya
kan karena kan kalo ini kan saya bukan bawa nama perusahaan tapi bawa nama saya
sendiri kalo saya jelek EO-EO gak
akan mau pake sebenernya memang lebih menuntut di pekerja freelance tapi saya ini lebih jadi gak teratur karena saya lebih
bebas trus penghasilannya juga gak teratur tergantung pekerjaan saya ambil jadi
saya ngerasa kurang jaminan aja sih kerja freelance
Interviewer : Eee, ee gimana jika mba “R” menghadapi
suatu masalah gimana mba “R”mengatasinya? Kalo bosan
Interviewee : Kalo bosan sih saya lebih gak,
biasanya tuh saya orangnya gak pernah nyelesein kerjaan gak..gak sampe selesai
jadi walaupun saya udah bosan tetep saya kerjain mungkin saya break dulu saya
cari hiburan dulu saya balik lagi saya selesein jadi gak diikutinlah kadang
mood saya bosan males itutuh perasaan yang gak boleh diikutin karena kita itu
punya tujuan dimana kita punya kerjaan tanggung jawab dan bawa nama kita
sendiri jadi kita selesein dengan baik gak boleh karena ‘aduh gw males ah
ngerjain ini’ trus kita gak ngerjain padahal itu ada deadlinenya yang kaya gitu harus dibuang jauh-jauh lah
Interviewer : Berarti ada gak sih orang yang mba “R”
disaat mba “R” seperti itu ?
Interviewee : Sebenarnya sih kalo untuk seseorang
yang selalu ada sih sebenarnya sih saya tu maunya pengertian dari keluarga saya
dari mama saya dari adek saya dengan kondisi saya seperti ini eee karena memang
ini pekerjaan yang sudah saya pilih dimana saya harus mengorbankan banyak waktu
dengan keluarga tapi saya maunya itu mereka tetap mensupport saya dalam keadaan apapun eee dan Alhamdulillah sejauh ini
orang tua mama, adek saya mensupport
pacar saya juga mensupport dengan
kesibukan saya saat ini jadi saya merasa mengapa saya bekerja dengan kerjaan
ini karena saya ngerasa orang sekitar saya itu mengerti dengan kondisi
pekerjaan saya saat ini
Interviewer : Support
seperti apa dengan orang-orang yang bicarakan itu ?
Interviewee : Support
seperti apa eee apa ya mungkin kaya mereka bisa mengerti kalau saya mungkin gak
bisa hadir di pertemuan keluarga saya gak bisa menemani mereka tersu mungkin
pada saat saya pergi bersama keluarga saya buka laptop harus nyelesein
pekerjaan mereka gak protes mereka tau karena saya sibuk mereka tetep sabar
walaupun saya cuman sebentar diacara keluarga saya pamit saya harus bekerja
lagi merekaa gakk, nggak, nggak keberatanlah akan hal itu walaupun saya tau
saya pun kadang kalo lagi kerja gitu suka rindu pengen bareng-bareng sama
mereka pengen ngabisin waktu bareng mereka cuman kan karena pekerjaan saya udah
ambil dan harus diselesaikan mau gak mau saya harus selesaikan dulu baru nanti
disela-sela waktu saya kosong saya menghabiskan waktu bersama mereka
Interviewer : Apakah orang-orang tersebut merupakan
salah satu motivasi anda untuk bekerja?
Interviewee : Karena saya sejujurnya saya bekerja
untuk mencari nafkah untuk menabung dan untuk menyenangkan mereka juga bukannya
saya berpikir uang bisa membeli segalanya ya tapi eee kalau saya bekerja saya
dapat uang saya maunya kita makan bareng kita ngabisin waktu sama-sama saya ngikutin permintaan mereka kalau saya
punya uang dan gak mungkin karena sejujurnya saya bukan orang dari konglomerat
saya harus bekerja untuk memenuhi itu mau gak mau saya harus bekerja keras dulu
buat ya bisa ngajakin keluarga saya senang-senang lah ya ngitung-ngitung buat
mengobati kerinduan mereka selama saya bekerja walaupun sebenarnya mungkin
hanya ada dikit kerinduan yang terobati tapi, saya berusaha untuk melakukan hal
itu
Interviewer :
Jadi keluarga mba “R” pernah protes dengan pekerjaan mba “R” ini?
Interviewee : Iya kebetulan mama saya sama almarhum
ayah saya protes dengan pekerjaan ini jadi maka dari itu saya coba kerja lain
tapi ternyata kerjaan itu tidak sesuai dengan kemauan saya dan Allah
berkehendak lain juga papa saya meniggal jadi saya balik lagi aja kerja di
bidang saya
Interviewer : Bentuk protes seperti apa yang mba “R”
rasakan saat keluarga memprotes. Apa yang mba “R” rasakan saat keluarga
memprotes pekerjaan mba “R” ?
Interviewee : Saya sih ngerasa sedih aja sih padahal
saya bekerja ya untuk ya untuk cari nafkah untuk nyenengin mereka juga tapi
pada saat dapet reward dari pekerjaan
saya mereka tidak, tidak merasa bangga gitu saya merasa gagal cuman saya gak
terpuruk akan kesedihan itu saya coba ikutin kemauan mereka saya pindah kerja
tapi kan ternyata Tuhan berkehendak lain saya lebih cocok di dunia kerja di
dunia EO jadi saya balik lagi dan
alhmadulillah setelah proses itupun mama saya lebih memahami kondisi saya dan
keluarga saya yang lain
Interviewer : Berarti keluarga sangat penting, eeehh
keluarga sangat mempengaruhi pekerjaan mba “R” saat ini ?
Interviewee : Iya keluarga sangat mempengaruhi
karena kalau keluarga saya tidak support
saya pun sebenernya agak males juga sih kerjanya cuman tapi balik lagi walaupun
saya sudah mengambil kerjaan dan keluarga keberatan pasti saya akan tetap
menyelesaikan pekerjaan walaupun dengan kondisi saya harus memang sedikit
merelakan waktu saya terbuang bersama keluarga untuk pekerjaan saya
Interviewer : Mba “R” ini mempunyai dedikasi yang
tinggi atas pekerjannya
Interviewee : Mungkin sih iya kali ya karena memang
beberapa orang berpendapat seperti itu sih, tapi saya sendiri gak tau karena
yang nilai orang lain
Interviewer : Kalau keluarga memberikan support yang sangat lebih yang mba “R”
rasakan apasih mba?
Interviewee : Eee senanglah bahagia ngerasa ya
mereka ngerasa kondisi pekerjaan saya mereka dukung saya jadi ngerasa walaupun
yaa saya berbulan-bulan capenya minta ampun tapi kalo pulang kerumah mereka
menghabiskan waktu sama saya gak ada yang marahin saya seneng banget kesannya
itu kaya gw persiap dari kalo mungkin kalo saya puya dana lebih untuk nyenengin
mereka
Interviewer : Kalo mba “R” menglami kesulitan apakah mba
“R” mengingat mereka?
Interviewee : Biasanya kalo saya mengalami kesulitan
saya sharing ke mama saya, sharing ke adek saya biar mereka tau
bukannya saya mau membuat mereka pikiran akan pekerjaan saya tapi saya ya tapi
lebih kepada saya pun butuh support
mereka apa tindakan saya ambil untuk mee,, untuk mengatasi kesulitan tersebut
dan saya butuh pendapat mereka seperti itu sih
Interviewer : Okedeh mba “R” terimakasih atas
waktunya mohon maaf karena mengganggu waktu mba “R” semoga pekerjaan mba “R”
semakin lancar harapan-harapan yang mba rzike inginkan semakin lancar kalo
boleh minta saran apasih yang membuat mba “R” ini, membuat mba “R” kerja dengan
baik kaya gitu. Yang memotivasi?
Interviewee : Yang memotivasi untuk kerjaan yang
baik karena yang saya alami pekerjaan itu adalah hal yang akan menambah ilmu
kamu menghasilkan, ee bisa memenuhi nafkah kamu terus halal pekerjaannya tidak
merugikan orang lain dan bisa membahagiakan keluarga dan orang yang kamu cintai
motivasi itu yang bikin saya bisa giat bekerja karena kalau saya bekerja tidak
baik itu akan menjadi beban orang tua saya akan menjadi saya tidak akan
diterima kerja ditempat lain saya susah mencari nafkah tapi kalo saya bekerja
dengan giat saya akan dicari banyak orang saya aka nee dapat memenuhi nafkah
saya atau bahkan lebih untuk membahagiakan keluarga saya mama saya adek saya
jadi tanamkan hal jangan bikin pekerjaan itu menjadi beban tapi bikin cintai
pekerjaan kamu karena bikin pekerjaan itu bukan hanya beban kamu tapi suatu hal
yang kamu cintai sehingga kamu melakukannya dengan baik
Interviewer : Jadi cintai pekerjaan seperti mencintai
diri sendiri, seperti itu
Interviewee : Gak mencintai diri sendiri sih agak
narsis kalo mencintai diri sendiri tapi lebih kepada cintai pekerjaan kamu
seperti kamu mencintai orang disekitar kamu sama keluarga kamu
Interviewer : Okedeh terimakasih ya mba “R”
BAB
IV
KESIMPULAN
Berdasarkan teori drive (reinforcement)
tentang adanya hubungan dengan teori belajar operant conditioning dari Skinner tentang penguatan. Pada dasarnya
teori pengukuhan ini didasarkan pada asumsi bahwa corak motivasi kerja adalah
reaktif. Melalui proses pengukuhan tertentu, yang merupakah proses
pembelajaran, sebagaimana disarankan oleh Jablonske dan de Vries individu
diajarkan untuk memiliki motivasi kerja yang lebih proaktif. Telah kita ketahui
subjek dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari dan mendapat reward dari tempat dimana subjek bekerja
maka dari itu subjek diberi penguatan positif.
Berdasarkan teori harapan dari lawyer,
subjek dapat mengimplikasikannya yaitu :
·
Karyawan layak
harus dihargai untuk kinerja luar biasa mereka. Ya karena subjek mendapat reward dari kantor tempat ia bekerja
·
Sistem imbalan
harus berlaku jujur dan adil dalam suatu organisasi. Ya karena subjek diberi
kesempatan untuk memilih hadiah
·
Organisasi harus
merancang pekerjaan yang dinamis dan menantang. Subjek suka dengan pekerjaan
yang menantang dan berkembang sesuai dengan hasil wawancara diatas.
Berdasarkan
teori tujuan teori ini mengatakan bahwa kita akan bergerak jika kita memiliki
tujuan yang jelas dan pasti. Dari teori ini muncul bahwa seseorang akan
memiliki motivasi yang tinggi jika dia memiliki tujuan yang jelas. Sehingga
muncullah apa yang disebut dengan Goal
Setting (penetapan tujuan). Penetapan tujuan juga dapat ditemukan dalam
teori motivasi harapan. Individu menetapkan sasaran pribadi yang ingin dicapai.
Sasaran-sasaran pribadi memiliki nilai kepentingan pribadi (valence) yang berbeda-beda. Subjek memiliki
tujuan yang jelas ketika bekerja, dan subjek memiliki motivasi yang tinggi
subjek dapat membeli rumah, mobil dan membahagiakan keluarganya merupakan
tujuan dari mBotivasi kerja subjek.
Berdasarkan
teori Maslow, subjek nyaman menjalani pekerjaannya saat ini dapat mencukupi
kehidupan sehari-hari subjek, terpenuhi akan kasih sayang.