BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Terapi keluarga adalah salah satu bentuk intervensi
psikologi keluarga sebagai sub bab pada psikologi klinis. Terapi keluarga
merupakan pendekatan terapeutik yang melihat masalahindividu dalam konteks
lingkungan khususnya keluarga dan menitik beratkan pada prosesinterpersonal.
Terapi keluarga merupakan intervensi spesifik dengan
tujuan membina komunikasi secara terbuka dan teraksi keluarga secara sehat. Terapi keluarga
adalah sesungguhya bagian
dari cabang ilmu konseling yang relatif baru. Dia muncul
di sekitar tahun 1950-an, sebagai suatu
reaksi/koreksi atas psikoanalisa yang
ditemukan oleh SigmundFreud. Psikoanalisa dianggap
sebagai sesuatu yang
‘gagal’ oleh parapionir
terapi keluarga, sekalipun
banyak dari mereka
terlatih di bidang psikoanalisa.Dalam psikoanalisa, klien
harus dikonseling sendirian.
Bermain adalah bagian integral dari masa kanak-kanak,
media yang unik untuk memfasilitasi perkembangan ekspresi bahasa, ketrampilan
komunikasi, perkembangan emosi, ketrampilan sosial, ketrampilan pengambilan
keputusan, dan perkembangan kognitif pada anak-anak (Landreth, 2001). Bermain
juga dikatakan sebagai media untuk eksplorasi dan penemuan hubungan
interpersonal, eksperimen dalam peran orang dewasa, dan memahami perasaannya
sendiri. Bermain adalah bentuk ekspresi diri yang paling lengkap yang pernah
dikembangkan manusia. Erikson (Landreth, 2001) mendefinisikan bermain sebagai
suatu situasi dimana ego dapat bertransaksi dengan pengalaman dengan
menciptakan situasi model dan juga dapat menguasai realitas melalui percobaan
dan perencanaan.
Sementara Landreth (2001) mendefinisikan terapi
bermain sebagai hubungan interpersonal yang dinamis antara anak dengan terapis
yang terlatih dalam prosedur terapi bermain yang menyediakan materi permainan
yang dipilih dan memfasilitasi perkembangan suatu hubungan yang aman bagi anak
untuk sepenuhnya mengekspresikan dan eksplorasi dirinya (perasaan, pikiran,
pengalaman, dan perilakunya) melalui media bermain. International Association
for Play Therapy (APT), sebuah asosiasi terapi bermain yang berpusat di
Amerika, dalam situsnya di internet mendefinisikan terapi bermain sebagai
penggunaan secara sistematik dari model teoritis untuk memantapkan proses
interpersonal dimana terapis bermain menggunakan kekuatan terapiutik permainan
untuk membantu klien mencegah atau menyelesaikan kesulitan-kesulitan
psikososial dan mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal
(www.a4pt.org). Beberapa definisi terapi bermain tersebut mengarah pada
beberapa hal penting, yaitu: (a) tipe dan jumlah permainan yang digunakan; (b)
konteks permainan; (c) partisipan yang terlibat; (d) urutan permainan; (e)
ruang yang digunakan; (f) gaya bermain; (g) tingkat usaha yang dicurahkan dalam
permainan. Terapi bermain adalah pemanfaatan permainan sebagai media yang
efektif oleh terapis, untuk membantu klien mencegah atau menyelesaikan
kesulitan psikososial dan mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal,
melalui kebebasan eksplorasi dan ekspresi diri.
B. RUMUSAN
MASALAH
- Bagaimana
konsep terapi keluarga dan terapi bermain ?
- Bagaimana
peran serta teknik dari kedua terapi tersebut ?
- Apa
tujuan dari kedua teknik terapan tersebut ?
C. TUJUAN PENULISAN
Penulisan ini bertujuan untuk melihat bagaimana konsep,
tujua, peran dan teknik dari terapi keluarga dan terapi bermain.
D.
MANFAAT
PENULISAN
1.
Manfaat
Teoritis
Manfaat yang diberikan secara teoritis
melalui lebih membahas psikologi klinis serta memberikan pemahaman akan terapi
keluarga dan terapi bermain dan kemudian diharapkan pemahaman tersebut dapat diperluas
kembali melalui peneliti-peneliti selanjutnya.
2.
Manfaat
Praktis
Adapun manfaat praktis yang
peneliti harapkan dari penelitian ini adalah dapat membantu orang tua, masyarakat
umum untuk mengetahui bagaimana terapi keluarga dan terapi bermain. Dan
membantu menyediakan informasi ilmiah yang dapat digunakan untuk lebih
mengenal, memahami, dan mengarahkan agar dapat lebih memahami secara mendalam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
TERAPI
KELUARGA
1.
Konsep
Terapi Keluarga
Pusat dari sistem interpersonal
dalam tiap kehidupan seseorang adalah keluarga. Seorang bayi belajar bagaimana
hidup dan menerima kehidupan itu melalui interaksinya dalam keluarga. Interaksi
seseorang di masa depan memperlihatkan intensitas ikatan emosi dan kepercayaan
dasar terhadap diri dan dunia luar yang dihasilkan pada interaksi awal dalam
keluarga. Terapi keluarga tradisional merupakan contoh
pendekatan sistemik untuk memahami dan memodifikasi perilaku dan pengalaman
yang bermasalah. Keluarga lebih menjadi fokus pemahaman dan intervensi
dibandingkan klien sendiri. Masalah pada pasien dilihat sebagai fungsi
strategis untuk mempertahankan beberapa aspek fungsi keluarga.
Banyak
peneliti percaya bahwa suatu evaluasi keluarga harus dilakukan pada setiap
pasien, tetapi terapi keluarga ternyata tidak sama seperti itu. Suatu evaluasi
keluarga yang menyeluruh dapat memberikan wawasan dan prespektif tambahan
mengenai kerja pada kasus perseorangan walaupun terapi keluarga itu sendiri
tidak dilibatkan. Meskipun
masalah klien bukan karena disfungsi dalam keluarga, keluarga dapat menjadi
sumber yang penting dalam proses terapi. Therapist
berusaha memberi gambaran mengenai dukungan dan dorongan anggota keluarga jika
individu berusaha untuk keluar dari permasalahan melalui proses
konseling/terapi ini. Hal ini dapat dilakukan dengan bantuan seluruh anggota
keluarga.
Cara
seorang individu merasa dan berpikir mengenai lingkunganya dipengaruhi oleh keluarga asalnya dan keadaan keluarganya
sekarang. Penggunaan suatu penilaian keluarga dan sistem keluarga dapat
menjurus pada suatu diagnosis yang lebih akurat, pengobatan yang sesuai,
kepatuhan yang membaik, dan usaha untuk pencegahan. Tugas ahli terapi adalah
untuk melakukan tindakan yang lebih adaptif pada proses terapi keluarga. Tugas
ahli terapi adalah untuk melakukan tindakan yang lebih adaptif pada proses
terapi keluarga .
2. Tujuan
Terapi Keluarga
Tujuan
utama teknik terapi keluarga adalah untuk mengidentifikasi stres-stres yang akan
dihadapi klien pada masa yang akan datang dan membuat rencana agar stres-stres
itu dapat dihindari ataupun dihadapi.
Secara umum, tujuan terapi keluarga
adalah:
·
Membantu
anggota keluarga untuk belajar dan secara emosional menghargai bahwa dinamika kelurga saling
bertautan di antara anggota keluarga.
·
Membantu
anggota keluarga agar sadar akan kenyataan bila anggota keluarga mengalami
problem, maka ini mungkin merupakan dampak dari satu atau lebih persepsi,
harapan, dan interaksi dari anggota keluarga lainnya.
·
Bertindak
terus menerus dalam konseling/terapi sampai dengan keseimbangan homeostasis
dapat tercapai, yang akan menumbuhkan dan meningkatkan keutuhan keluarga.
·
Mengembangkan
apresiasi keluarga terhadap dampak relasi parental terhadap anggota keluarga.
Secara
khusus, tujuan terapi keluarga adalah:
·
Membuat
semua anggota keluarga dapat mentoleransikan cara atau perilaku yang unik
(idiosyncratic) dari setiap anggota keluarga.
·
Menambah
toleransi setiap anggota keluarga terhadap frustrasi, ketika terjadi konflik
dan kekecewaan, baik yang dialami bersama keluarga atau tidak bersama keluarga.
·
Meningkatkan
motivasi setiap anggota keluarga agar mendukung, membesarkan hati, dan
mengembangkan anggota lainnya.
·
Membantu
mencapai persepsi parental yang realistis dan sesuai dengan persepsi anggota
keluarga.
3.
Peran Terapi Keluarga
Peran dari therapist dalam membantu klien dalam menyelesaikan permasalahan
dalam keluarga ada lima, peran tersebut adalah sebagai berikut:
·
Sebagai
penilai mengenai; masalah, sasaran intervensi, kekuatan dan strategi keluarga,
kepercayaan dan etnik keluarga. Eksplorasi pada: reaksi emosi keluarga terhadap
trauma dan transisi, komposisi, kekuatan dan kelemahan, informasi yang
dimiliki, kebutuhan-kebutuhan keluarga, kesiapan untuk intervensi dan dirujuk
pada ahli lain.
·
Pendidik/pemberi
informasi agar keluarga siap beradaptasi terhadap perubahan-perubahan
·
Pengembang
sistem support, mengajarkan support dan selalu siap dihubungi.
·
Pemberi
tantangan
·
pemberi
fasilitas prevensi (pencegahan) dengan mempersiapkan keluarga dalam menghadapi
stress.
Dalam terapi ada beberapa proses yang harus dijalankan sebagai pelaksanaan dari sebuah terapi. Ada empat langkah dalam proses terapi, proses tersebut adalah sebagai
berikut:
·
Melibatkan
keluarga, pertemuan dilakukan di rumah, sehingga konselor mendapat informasi
nyata tentang kehidupan keluarga dan dapat merancang strategi yang cocok untuk
membantu pemecahan problem keluarga.
·
Penilaian
masalah yang mencakup pemahaman tentang kebutuhan, harapan, kekuatan keluarga
dan riwayatnya.
·
Strategi-strategi
khusus untuk pemberian bantuan dengan menentukan macam intervensi yang sesuai
dengan tujuan.
·
Follow
up, dengan memberi kesempatan pada keluarga untuk tetap berhubungan dengan
konselor secara periodik untuk melihat perkembangan keluarga dan memberikan
support.
4.
Teknik Terapi Keluarga
Terapi
keluarga dilakukan dengan menggunakan tehnik berikut :
·
Terapi
Keluarga Berstruktur.
Terapi
keluarnya berstruktur adalah suatu kerangka teori tehnik pendekatan individu
dalam konteks sosialnya. Tujuan adalah mengubah organisasi keluarga. Terapi
keluarga berstruktur memepergunakan proses balik antara lingkungan dan orang
yang terlibat perubahan – perubahan yang ditimbulkan oleh seseorang terhadap
sekitarnya dan cara – cara dimana umpan balik terhadap perubahan perubahan tadi
mempengaruhi tindakan selanjutnya. Terapi keluarga mempergunakan tehnik –
tehnik dan mengubah konteks orang – orang terdekat sedemikian rupa sehingga
posisi mereka berubah dengan mengubah hubungan antara seseorang dengan konteks
yang akrab tempat dia berfungsi, kita mengubah pengalaman subyektifnya.
·
Terapi
Individu / Perorangan
Melihat
individu sebagai suatu tempat yang patologis dan mengumpulkan data yang di
peroleh dari atau tentang individu tadi. Pada terapi perorangan dilakukan
pengungkapan pikiran dan perasaan tentang kehidupannya sekarang, dan orang –
orang didalamnya. Riwayatnya perkembangan konfliknya dengan orang tua dan
saudara – saudaranya.
Bila akan dirujuk ke dalam terapi
keluarga maka terapist akan mengekporasi interaksi individu dalam konteks hidup
yang berarti. Dalam wawancara keluarga terapist mengamati hubungan individu
dengan anggota keluarga lainnya dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga.
B.
TERAPI BERMAIN
1. Konsep dasar bermain
Bermain adalah unsur yang paling
penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, intelektual,
kreativitas dan sosial. Dimana anak mendapat kesempatan cukup untuk bermain
akan menjadi orang dewasa yang mudah berteman, kreatif dan cerdas bila
dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan
bermain( Soetjiningsih, 2004).
Bermain
juga merupakan setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang
ditimbulkannya dan dilakukan secara suka rela dan tidak ada paksaan atau
tekanan dari luar atau kewajiban serta tidak tergantung kepada usia tetapi
tergantung kepada kesehatan dan kesenangan yang diperoleh.
Terapi
bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah satu intervensi
yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah kecemasan sebelum dan
sesudah tindakan operatif . Dengan demikian dapat dipahami bahwa didalam
perawatan pasien anak, terapi bermain merupakan suatu kegiatan didalam
melakukan asuhan keperawatan yang sangat penting untuk mengurangi efek
hospitalisasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya ( Nursalam,
2005).
2.
Tujuan terapi bermain
Tujuan terapi bermain adalah
mengubah tingkah laku anak yang tidak sesuai menjadi tingkah laku yang
diharapkan. Dengan terapi, anak mampu diubah perilakunya melalui cara yang
menyenangkan.
3.
Peran terapi bermain
Peran dalam pendidikan ;
·
Sarana
pencegahan : tidak menambah permasalahan baru dan menghmbat proses belajarnya.
·
Sarana
penyembuhan : dapat disembuhkan atau dilatih sebagai sarana belajar melalui
bentuk-bentuk permainan yang ber7an mengembalikan fungsi
fisik,psiko-terapi,modifikasi perilaku, mengembangkan fungsi sosial, melatih
bicara, mempertajam atau latihan visual, latihan auditif, latihan taktil, dll.
·
Sarana
penyesuaian diri : anak-anak sulit beradaptasi, oleh karena itu dilatih
bekelompok dalam permainan.
·
Sarana
untuk mengembangkan ketajaman penginderaan : untuk menjernihkan penglihatan
(visual) misal ; permainan warna, bentuk, jarak dll.
·
Sarana
mengembangkan kepribadian : anak dapat bergerak dengan bebas dan aktif
melakukan berbagai kegiatan dengan perasaan gembira dan menyenangkan.
·
Sarana
untuk latihan aktifitas sehari-hari : permainan memasak, berdagang,
rumah-rumahan dll.
4.
Teknik saat melakukan terapi bermain
1) Bermain boneka
Saat
melakukan permainan boneka anak anak dapa melakukan beberapa hal misalnya
seperti mengidentifikasi diri mereka sendiri pada boneka, mengekspresikan
perasaan sendiri dalam permainan boneka, memindahkan masalah pada figur
permainan boneka. Selain itu kita juga dapat mendapatkan informasi mengenai
anak seperti tingkah laku anak, perasaan yang sedang dirasakan anak, pandangan
pola fikir anak.
2) Bermain boneka wayang
Dengan menggunakan boneka wayang
anak bisa bercerita dengan menggunakan simbol-simbol dan dapat menciptakan
fantasi anak. Manfaat dari bermain boneka wayang meliputi:
· Dengan gerakan boneka anak dapat
merakasan hal yang sulit untuk mereka akui sebagai diri mereka sendiri
· Anak dapat memerankan orang lain
serta berkomunikasi untuk mengeluarkan ekspresi yang sedang meraka rasakan yang
tidak dapat diekspresikan anak dikehidupan nyata
· Anak dapat menciptakan tokoh yang
tidak bisa anak lakukan sendiri, sehingga dalam permainan dilakukan dalam
bentuk kelompok. Dengan bermain kelompok anak akan belajar untuk saling
menghargai satu sama lain dan bersosialisasi.
3) Bercerita
Sebagian
besar anak lebih suka mendenarkan cerita terutama cerita dongeng atau cerita
yang dapat menggambarkan tentang diri anak. Dalam bercerita kita juga harus
memperhatikan usia anak karena semakin besar usia anak semakin tinggi pula daya
pikir mereka terlebih anak yang sudah mulai sekolah. Pada usia sekolah Dia akan
lebih suka mendengarkan cerita yang nyata.
4) Bermain
Cara
anak-anak bermain memang berbeda dengan orang remaja dan dewasa. Karena pada
anak-anak saat bermain mereka spontanitas tanpa dibuat buat. Namun dengan
bertambahnya usia anak saat bermain mereka akan mererapkan aturan. Saat bermain
anak akan mulai belajar menerima menang atau kalah, displin, dan menghargai
orang lain.
5) Bermain pasir
Dengan memberikan terapi bermain
pasir pada anak dpat juga sebagai medium terapeutik. Dengan menggunakan pasir
anak bebas berkarya sesuai yang diinginkan
misalnya seperti membuat rumah dari pasir, pemandangan, hewan dan yang
lainnya. Dengan tidak langsung kita dapat mengetahui pengalaman anak yang tidak
bisa anak ungkapkan dengan kata-kata.
DAFTAR
PUSTAKA
Davies, Teifion & Craig, TKJ.
(2004). ABC of mental health. Oxford: Blackwell Publishing Ltd.
Didapat dari https://books.google.co.id/books?id=gW9Gj8lKmogC&pg=PA223&dq=terapi+keluarga&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjnysmqj6rMAhVHF5QKHXwjBEAQ6AEILjAD.
25 April 2016.
Hasnida. (2002). Family counseling. USU Digital Library. Didapat dari http://library.usu.ac.id/download/fk/psiko-hasnida.pdf.
25 April 2016
Semium, Yustinus. (2006). Kesehatan
Mental. Yogyakarta: Kanisius. Didapat dari https://books.google.co.id/books?id=buwj_j_4mukC&pg=PA92&dq=terapi+keluarga&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiL6Zec_KnMAhUi6KYKHXmhCLQQ6AEIITAB#v=onepage&q=terapi%20keluarga&f=false.
25 April 2016
Mc Farland, Gertrude K.
and Themas M.D, Psychiatric Mental Health Nursing, St. Louis : The CV. Mosby
Co. 1987.
Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Anak,
EGC,Jakarta., 1995
0 comments :
Posting Komentar