Terapi Keluarga dan Terapi Bermain

by 16.42 0 comments

BAB I
PENDAHULUAN

A.                LATAR BELAKANG
      Terapi keluarga adalah salah satu bentuk intervensi psikologi keluarga sebagai sub bab pada psikologi klinis. Terapi keluarga merupakan pendekatan terapeutik yang melihat masalahindividu dalam konteks lingkungan khususnya keluarga dan menitik beratkan pada prosesinterpersonal.
Terapi keluarga merupakan intervensi spesifik dengan tujuan membina komunikasi secara terbuka dan teraksi keluarga secara sehat. Terapi   keluarga   adalah   sesungguhya   bagian   dari   cabang   ilmu konseling yang relatif baru. Dia muncul di sekitar tahun 1950-an, sebagai suatu   reaksi/koreksi   atas   psikoanalisa   yang   ditemukan   oleh   SigmundFreud.   Psikoanalisa   dianggap   sebagai  sesuatu   yang   ‘gagal’   oleh   parapionir  terapi   keluarga,   sekalipun  banyak   dari   mereka  terlatih   di   bidang psikoanalisa.Dalam   psikoanalisa,   klien   harus   dikonseling   sendirian.
Bermain adalah bagian integral dari masa kanak-kanak, media yang unik untuk memfasilitasi perkembangan ekspresi bahasa, ketrampilan komunikasi, perkembangan emosi, ketrampilan sosial, ketrampilan pengambilan keputusan, dan perkembangan kognitif pada anak-anak (Landreth, 2001). Bermain juga dikatakan sebagai media untuk eksplorasi dan penemuan hubungan interpersonal, eksperimen dalam peran orang dewasa, dan memahami perasaannya sendiri. Bermain adalah bentuk ekspresi diri yang paling lengkap yang pernah dikembangkan manusia. Erikson (Landreth, 2001) mendefinisikan bermain sebagai suatu situasi dimana ego dapat bertransaksi dengan pengalaman dengan menciptakan situasi model dan juga dapat menguasai realitas melalui percobaan dan perencanaan.
         Sementara Landreth (2001) mendefinisikan terapi bermain sebagai hubungan interpersonal yang dinamis antara anak dengan terapis yang terlatih dalam prosedur terapi bermain yang menyediakan materi permainan yang dipilih dan memfasilitasi perkembangan suatu hubungan yang aman bagi anak untuk sepenuhnya mengekspresikan dan eksplorasi dirinya (perasaan, pikiran, pengalaman, dan perilakunya) melalui media bermain. International Association for Play Therapy (APT), sebuah asosiasi terapi bermain yang berpusat di Amerika, dalam situsnya di internet mendefinisikan terapi bermain sebagai penggunaan secara sistematik dari model teoritis untuk memantapkan proses interpersonal dimana terapis bermain menggunakan kekuatan terapiutik permainan untuk membantu klien mencegah atau menyelesaikan kesulitan-kesulitan psikososial dan mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal (www.a4pt.org). Beberapa definisi terapi bermain tersebut mengarah pada beberapa hal penting, yaitu: (a) tipe dan jumlah permainan yang digunakan; (b) konteks permainan; (c) partisipan yang terlibat; (d) urutan permainan; (e) ruang yang digunakan; (f) gaya bermain; (g) tingkat usaha yang dicurahkan dalam permainan. Terapi bermain adalah pemanfaatan permainan sebagai media yang efektif oleh terapis, untuk membantu klien mencegah atau menyelesaikan kesulitan psikososial dan mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, melalui kebebasan eksplorasi dan ekspresi diri.

                                                        B. RUMUSAN MASALAH

  1.       Bagaimana konsep terapi keluarga dan terapi bermain ?
  2.       Bagaimana peran serta teknik dari kedua terapi tersebut ?
  3.       Apa tujuan dari kedua teknik terapan tersebut ?


C.    TUJUAN PENULISAN
         Penulisan ini bertujuan untuk melihat bagaimana konsep, tujua, peran dan teknik dari terapi keluarga dan terapi bermain.
D.    MANFAAT PENULISAN

    1.      Manfaat Teoritis
Manfaat yang diberikan secara teoritis melalui lebih membahas psikologi klinis serta memberikan pemahaman akan terapi keluarga dan terapi bermain dan kemudian diharapkan pemahaman tersebut dapat diperluas kembali melalui peneliti-peneliti selanjutnya.

   2.      Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis yang peneliti harapkan dari penelitian ini adalah dapat membantu orang tua, masyarakat umum untuk mengetahui bagaimana terapi keluarga dan terapi bermain. Dan membantu menyediakan informasi ilmiah yang dapat digunakan untuk lebih mengenal, memahami, dan mengarahkan agar dapat lebih memahami secara mendalam.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.                TERAPI KELUARGA
1.                  Konsep Terapi Keluarga
      Pusat dari sistem interpersonal dalam tiap kehidupan seseorang adalah keluarga. Seorang bayi belajar bagaimana hidup dan menerima kehidupan itu melalui interaksinya dalam keluarga. Interaksi seseorang di masa depan memperlihatkan intensitas ikatan emosi dan kepercayaan dasar terhadap diri dan dunia luar yang dihasilkan pada interaksi awal dalam keluarga. Terapi keluarga tradisional merupakan contoh pendekatan sistemik untuk memahami dan memodifikasi perilaku dan pengalaman yang bermasalah. Keluarga lebih menjadi fokus pemahaman dan intervensi dibandingkan klien sendiri. Masalah pada pasien dilihat sebagai fungsi strategis untuk mempertahankan beberapa aspek fungsi keluarga.
Banyak peneliti percaya bahwa suatu evaluasi keluarga harus dilakukan pada setiap pasien, tetapi terapi keluarga ternyata tidak sama seperti itu. Suatu evaluasi keluarga yang menyeluruh dapat memberikan wawasan dan prespektif tambahan mengenai kerja pada kasus perseorangan walaupun terapi keluarga itu sendiri tidak dilibatkan. Meskipun masalah klien bukan karena disfungsi dalam keluarga, keluarga dapat menjadi sumber yang penting dalam proses terapi. Therapist berusaha memberi gambaran mengenai dukungan dan dorongan anggota keluarga jika individu berusaha untuk keluar dari permasalahan melalui proses konseling/terapi ini. Hal ini dapat dilakukan dengan bantuan seluruh anggota keluarga.
Cara seorang individu merasa dan berpikir mengenai lingkunganya dipengaruhi  oleh keluarga asalnya dan keadaan keluarganya sekarang. Penggunaan suatu penilaian keluarga dan sistem keluarga dapat menjurus pada suatu diagnosis yang lebih akurat, pengobatan yang sesuai, kepatuhan yang membaik, dan usaha untuk pencegahan. Tugas ahli terapi adalah untuk melakukan tindakan yang lebih adaptif pada proses terapi keluarga. Tugas ahli terapi adalah untuk melakukan tindakan yang lebih adaptif pada proses terapi keluarga .

 2.      Tujuan Terapi Keluarga

Tujuan utama teknik terapi keluarga adalah untuk mengidentifikasi stres-stres yang akan dihadapi klien pada masa yang akan datang dan membuat rencana agar stres-stres itu dapat dihindari ataupun dihadapi.
Secara umum, tujuan terapi keluarga adalah:
·         Membantu anggota keluarga untuk belajar dan secara emosional  menghargai bahwa dinamika kelurga saling bertautan di antara anggota keluarga.
·         Membantu anggota keluarga agar sadar akan kenyataan bila anggota keluarga mengalami problem, maka ini mungkin merupakan dampak dari satu atau lebih persepsi, harapan, dan interaksi dari anggota keluarga lainnya.
·         Bertindak terus menerus dalam konseling/terapi sampai dengan keseimbangan homeostasis dapat tercapai, yang akan menumbuhkan dan meningkatkan keutuhan keluarga.
·         Mengembangkan apresiasi keluarga terhadap dampak relasi parental terhadap anggota keluarga.
Secara khusus, tujuan terapi keluarga adalah:
·         Membuat semua anggota keluarga dapat mentoleransikan cara atau perilaku yang unik (idiosyncratic) dari setiap anggota keluarga.
·         Menambah toleransi setiap anggota keluarga terhadap frustrasi, ketika terjadi konflik dan kekecewaan, baik yang dialami bersama keluarga atau tidak bersama keluarga.
·         Meningkatkan motivasi setiap anggota keluarga agar mendukung, membesarkan hati, dan mengembangkan anggota lainnya.
·         Membantu mencapai persepsi parental yang realistis dan sesuai dengan persepsi anggota keluarga.

3.      Peran Terapi Keluarga
Peran dari therapist dalam membantu klien dalam menyelesaikan permasalahan dalam keluarga ada lima, peran tersebut adalah sebagai berikut:
·         Sebagai penilai mengenai; masalah, sasaran intervensi, kekuatan dan strategi keluarga, kepercayaan dan etnik keluarga. Eksplorasi pada: reaksi emosi keluarga terhadap trauma dan transisi, komposisi, kekuatan dan kelemahan, informasi yang dimiliki, kebutuhan-kebutuhan keluarga, kesiapan untuk intervensi dan dirujuk pada ahli lain.
·         Pendidik/pemberi informasi agar keluarga siap beradaptasi terhadap perubahan-perubahan
·         Pengembang sistem support, mengajarkan support dan selalu siap dihubungi.
·         Pemberi tantangan
·         pemberi fasilitas prevensi (pencegahan) dengan mempersiapkan keluarga dalam menghadapi stress.
Dalam terapi ada beberapa proses yang harus dijalankan sebagai pelaksanaan dari sebuah terapi. Ada empat langkah dalam proses terapi, proses tersebut adalah sebagai berikut:
·         Melibatkan keluarga, pertemuan dilakukan di rumah, sehingga konselor mendapat informasi nyata tentang kehidupan keluarga dan dapat merancang strategi yang cocok untuk membantu pemecahan problem keluarga.
·         Penilaian masalah yang mencakup pemahaman tentang kebutuhan, harapan, kekuatan keluarga dan riwayatnya.
·         Strategi-strategi khusus untuk pemberian bantuan dengan menentukan macam intervensi yang sesuai dengan tujuan.
·         Follow up, dengan memberi kesempatan pada keluarga untuk tetap berhubungan dengan konselor secara periodik untuk melihat perkembangan keluarga dan memberikan support.

4.      Teknik Terapi Keluarga
Terapi keluarga dilakukan dengan menggunakan tehnik berikut :
·         Terapi Keluarga Berstruktur.
Terapi keluarnya berstruktur adalah suatu kerangka teori tehnik pendekatan individu dalam konteks sosialnya. Tujuan adalah mengubah organisasi keluarga. Terapi keluarga berstruktur memepergunakan proses balik antara lingkungan dan orang yang terlibat perubahan – perubahan yang ditimbulkan oleh seseorang terhadap sekitarnya dan cara – cara dimana umpan balik terhadap perubahan perubahan tadi mempengaruhi tindakan selanjutnya. Terapi keluarga mempergunakan tehnik – tehnik dan mengubah konteks orang – orang terdekat sedemikian rupa sehingga posisi mereka berubah dengan mengubah hubungan antara seseorang dengan konteks yang akrab tempat dia berfungsi, kita mengubah pengalaman subyektifnya.
·         Terapi Individu / Perorangan
Melihat individu sebagai suatu tempat yang patologis dan mengumpulkan data yang di peroleh dari atau tentang individu tadi. Pada terapi perorangan dilakukan pengungkapan pikiran dan perasaan tentang kehidupannya sekarang, dan orang – orang didalamnya. Riwayatnya perkembangan konfliknya dengan orang tua dan saudara – saudaranya.
Bila akan dirujuk ke dalam terapi keluarga maka terapist akan mengekporasi interaksi individu dalam konteks hidup yang berarti. Dalam wawancara keluarga terapist mengamati hubungan individu dengan anggota keluarga lainnya dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga.



















B.     TERAPI BERMAIN

1.       Konsep dasar bermain
     Bermain adalah unsur yang paling penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial. Dimana anak mendapat kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah berteman, kreatif dan cerdas bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain( Soetjiningsih, 2004).
     Bermain juga merupakan setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya dan dilakukan secara suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban serta tidak tergantung kepada usia tetapi tergantung kepada kesehatan dan kesenangan yang diperoleh.
      Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah satu intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah kecemasan sebelum dan sesudah tindakan operatif . Dengan demikian dapat dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, terapi bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan asuhan keperawatan yang sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya ( Nursalam, 2005).

        2.      Tujuan terapi bermain
Tujuan terapi bermain adalah mengubah tingkah laku anak yang tidak sesuai menjadi tingkah laku yang diharapkan. Dengan terapi, anak mampu diubah perilakunya melalui cara yang menyenangkan.

      3.      Peran terapi bermain

       Peran dalam pendidikan ;
·         Sarana pencegahan : tidak menambah permasalahan baru dan menghmbat proses belajarnya.
·         Sarana penyembuhan : dapat disembuhkan atau dilatih sebagai sarana belajar melalui bentuk-bentuk permainan yang ber7an mengembalikan fungsi fisik,psiko-terapi,modifikasi perilaku, mengembangkan fungsi sosial, melatih bicara, mempertajam atau latihan visual, latihan auditif, latihan taktil, dll.
·         Sarana penyesuaian diri : anak-anak sulit beradaptasi, oleh karena itu dilatih bekelompok dalam permainan.
·         Sarana untuk mengembangkan ketajaman penginderaan : untuk menjernihkan penglihatan (visual) misal ; permainan warna, bentuk, jarak dll.
·         Sarana mengembangkan kepribadian : anak dapat bergerak dengan bebas dan aktif melakukan berbagai kegiatan dengan perasaan gembira dan menyenangkan.
·         Sarana untuk latihan aktifitas sehari-hari : permainan memasak, berdagang, rumah-rumahan dll.

       4.      Teknik saat melakukan terapi bermain
1)      Bermain boneka
Saat melakukan permainan boneka anak anak dapa melakukan beberapa hal misalnya seperti mengidentifikasi diri mereka sendiri pada boneka, mengekspresikan perasaan sendiri dalam permainan boneka, memindahkan masalah pada figur permainan boneka. Selain itu kita juga dapat mendapatkan informasi mengenai anak seperti tingkah laku anak, perasaan yang sedang dirasakan anak, pandangan pola fikir anak.
2)      Bermain boneka wayang
Dengan menggunakan boneka wayang anak bisa bercerita dengan menggunakan simbol-simbol dan dapat menciptakan fantasi anak. Manfaat dari bermain boneka wayang meliputi:
·   Dengan gerakan boneka anak dapat merakasan hal yang sulit untuk mereka akui sebagai diri mereka sendiri
·   Anak dapat memerankan orang lain serta berkomunikasi untuk mengeluarkan ekspresi yang sedang meraka rasakan yang tidak dapat diekspresikan anak dikehidupan nyata
·   Anak dapat menciptakan tokoh yang tidak bisa anak lakukan sendiri, sehingga dalam permainan dilakukan dalam bentuk kelompok. Dengan bermain kelompok anak akan belajar untuk saling menghargai satu sama lain dan bersosialisasi.
3)      Bercerita
Sebagian besar anak lebih suka mendenarkan cerita terutama cerita dongeng atau cerita yang dapat menggambarkan tentang diri anak. Dalam bercerita kita juga harus memperhatikan usia anak karena semakin besar usia anak semakin tinggi pula daya pikir mereka terlebih anak yang sudah mulai sekolah. Pada usia sekolah Dia akan lebih suka mendengarkan cerita yang nyata.
4)      Bermain
Cara anak-anak bermain memang berbeda dengan orang remaja dan dewasa. Karena pada anak-anak saat bermain mereka spontanitas tanpa dibuat buat. Namun dengan bertambahnya usia anak saat bermain mereka akan mererapkan aturan. Saat bermain anak akan mulai belajar menerima menang atau kalah, displin, dan menghargai orang lain.
5)      Bermain pasir
Dengan memberikan terapi bermain pasir pada anak dpat juga sebagai medium terapeutik. Dengan menggunakan pasir anak bebas berkarya sesuai yang diinginkan  misalnya seperti membuat rumah dari pasir, pemandangan, hewan dan yang lainnya. Dengan tidak langsung kita dapat mengetahui pengalaman anak yang tidak bisa anak ungkapkan dengan kata-kata.




DAFTAR PUSTAKA

Davies, Teifion & Craig, TKJ. (2004). ABC of mental  health. Oxford: Blackwell Publishing Ltd. Didapat dari https://books.google.co.id/books?id=gW9Gj8lKmogC&pg=PA223&dq=terapi+keluarga&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjnysmqj6rMAhVHF5QKHXwjBEAQ6AEILjAD. 25 April 2016.
Hasnida. (2002). Family counseling. USU Digital Library. Didapat dari http://library.usu.ac.id/download/fk/psiko-hasnida.pdf. 25 April 2016
Mc Farland, Gertrude K. and Themas M.D, Psychiatric Mental Health Nursing, St. Louis : The CV. Mosby Co. 1987.
Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Anak, EGC,Jakarta., 1995


Mega

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 comments :

Posting Komentar