Internet merupakan hal yang
dibutuhkan tetapi dapat juga merugikan seperti kecanduan internet.
Internet addiction adalah pemakaian internet secara berlebihan yang
ditandai dengan gejala-gejala klinis kecanduan, seperti keasyikan dengan
objek candu, pemakaian yang lebih sering terhadap objek candu, tidak
memperdulikan dampak fisik maupun psikologis pemakaian dan sebagainya. Internet
Addiction Disorder (IAD) atau gangguan kecanduan internet meliputi segala
macam hal yang berhubungan dengan internet seperti jejaring sosial, email,
pornografi, judi online, game online, chatting dan
lain-lain. Berdasarkan hasil analisis, maka dapat ditarik simpulan bahwa self
control terhadap internet addiction pada mahasiswa Fakulatas Ilmu
Pendidikan berada pada kategori rendah, hal ini berarti mahasiswa kurang
mampu mengontrol perilaku dalam bermain internet yang berlebihan (waktu yang tidak
terkontrol), kurang mampu dalam mengambil keputusan atau suatu tindakan yang
cukup baik terhadap internet. Jika individu memiliki self control yang tinggi
maka internet addictionnya rendah sedangkan individu yang memiliki self
controlnya rendah internet addictionnya tinggi.
|
Pada jurnal saudara
Heny, Denok dan Luluk mereka meneliti apakah ada hubungannya antara kemampuan
sosialisasi dengan kecanduan jejaring sosial. Seperti biasa internet selain
membawa dampak baik juga dapat membawa dampak buruk. Salah satunya kecanduan
jejaring sosial, gejala kecanduan gangguan internet seperti suka lupa waktu,
gejala menarik diri, munculnya sebuah kebutuhan konstan untuk meningkatkan
waktu yang dihabiskan, kebutuhan akan peralatan komputer yang lebih baik dan aplikasi
yang lebih banyak untuk dimiliki, sering berkomentar, berbohong, rendahnya
prestasi, menutup diri secara sosial, dan kelelahan. Dampak positifnya berkat situs jejaring sosial
ini kita jadi lebih mudah berinteraksi dengan pengguna-pengguna lain yang
memanfaatkan situs jejaring sosial ini untuk memperluas pergaulan. Pengguna
dapat berhubungan dengan teman dan keluarga, dapat bertemu dan berhubungan
dengan teman lama, berkenalan dengan teman dari sahabat, serta berkenalan
dengan orang yang belum pernah dikenal sebelumnya. Sisi negatifnya adalah
kita banyak kehilangan waktu yang bermanfaat, Kebingungan antara Dunia maya
dengan Dunia Nyata, Meniru kekerasan dalam game online, kegagalan akademik,
menolak untuk melakukan hal yang lain, mengikuti gaya-gaya yang didapatkannya,
stress jika tidak ada internet dan efek stress yang dibawa itu menimbulkan
penyakit ini yaitu aktivitas otak dan tekanan darah meningkat karena terisolir
dari internet. Sosialisasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sosialisasi
primer dan sekunder. Ciri-ciri kemampuan bersosialisasi yaitu, pelakunya lebih
dari 2 orang atau lebih, terjadinya komunikasi antara pelaku melalui kontak
sosial, memiliki tujuan yang jelas, dilaksanakan melalui pola sistem sosial
tertentu. Kecanduan Jejaring sosial adalah suatu kondisi kronis dalam sistem
motivasi dalam perilaku mencari kesamaan sosialitas, mulai dari yang dikenal
sehari-hari sampai dengan keluarga melalui internet. Berdasarkan penelitan di
dapatkan kesimpulan bahwa semakin tinggi kemampuan sosialisasi maka semakin
rendah kecanduan jejaring sosial. Hal ini menunjukkan bahwa remaja yang
mempunyai tingkat kemampuan sosialisasi tinggi, maka semakin rendah Kecanduan
Jejaring Sosial. Sehingga mudah baginya mengalihkan kegiatan bermain internet
dengan berinteraksi sosial pada orang lain. Sebaliknya jika remaja mempunyai
Kemampuan Sosialisasi rendah, maka semakin sering remaja menggunakan Jejaring
Sosial, karena baginya banyak waktu kosong dan tidak adanya kegiatan membuat
remaja itu mengisi waktunya yang kosong dengan bermain Jejaring Sosial sehingga
Kemampuan sosialisasi terhadap masyarakat, keluarga, teman, dan lingkungan
sekitar kurang
Dua gejala yang menjadi ciri utama kecanduan terhadap zat terlarang
adalah ketergantungan (dependence) dan penarikan (withdrawal). Akibat
buruk kecanduan game online ini dapat dilihat lebih jelas jika kebiasaan
bermain mereka ini dikaitkan dengan masalah dalam kehidupan nyata sehari-hari
seperti masalah akademis, masalah kesehatan, masalah keuangan dan masalah
relasi. Kecanduan bermain online game pada remaja dapat dilihat dari
beberapa gejala yang muncul. Pertama, remaja bermain online game seharian,
dan sering bermain dalam jangka waktu lama (lebih dari tiga jam). Biasanya
dalam waktu satu minggu remaja bisa menghabiskan waktu sekitar 30 jam. Kedua,
remaja bermain online game untuk kesenangan, cenderung seperti tak
kenal lelah dan mudah tersinggung saat dilarang. Remaja yang kecanduan tidak
pernah menghiraukan larangan orang tua atau orang lain untuk mengurangi
intensitas bermain internet game online, dan remaja cenderung berontak
apabila dilarang untuk bermain. Ketiga, mengorbankan kegi-atan sosial, dan
tidak mau mengerjakan aktivitas lain. Para gamers bisa menghabiskan sebagian
besar waktunya hanya untuk bermain game dan tidak menghiraukan aktivitas lain
yang penting baginya, seperti makan, minum, berinteraksi dengan teman sebaya
atau belajar. Keempat, ingin mengurangi ketergantu-ngannya tapi tidak bisa.
Seorang remaja yang kecanduan bisa menghabiskan waktu sehari semalam berada
pada suatu rental untuk bermain game online. Kecanduan yang berlebihan
terhadap internet game online akan menyebabkan remaja menjadi sangat
cemas jika tidak bermain (Griffiths, 1995).
Permasalahan
kebi-asaan bermain game online disebabkan karena kontrol diri yang
kurang terhadap tingkah laku individu. Sebagaimana gangguan ketergantungan
lainnya, kecanduan pada game online dapat diatasi, mereka perlu belajar
mengubah ting-kah lakunya dengan mengelola diri. Sehingga peneliti menggunakan
metode Konseling Kelompok Dengan Strategi Pe-Ngelolaan Diri (KK-SPD). Pendekatan
ini dirasakan lebih tepat karena cukup efektif memberikan kesempatan kepada
anggota kelompok berinteraksi antar pribadi yang khas, yang tidak mungkin
terjadi pada konseling individual. Pada kegiatan konseling kelompok setiap
individu mendapatkan kesempatan untuk menggali tiap masalah yang dialami
anggota. Kelompok dapat juga dipakai untuk belajar mengekspresikan perasaan,
menunjukan perhatian terhadap orang lain, dan berbagi pengalaman. Selain itu
pada pengelolaan diri menunjukkan adanya kepastian proses alami dari individual
untuk mengarahkan dan mengontrol perilaku mereka sendiri yang merupakan metode
spesifik dalam pendekatan kognitif perilaku.
Berdasarkan
ketiga jurnal yang telah saya rangkum,
Internet Addiction merupakan sebuah fenomena dimana karateristik
ketergantungaanya sama dengan kecanduan alcohol dan obat-obatan. Terdapat beberapa
jenis ketergantungan diantaranya game online, chatting, dll. Semua yang
sifatnya candu akan membawa dampak buruk.
Biasanya kecanduan internet yang
jenisnya sosial media banyak dialami oleh remaja, remaja yang sering kali
menghabiskan waktunya lebih lama di dunia maya dibanding dunia nyata bisa jadi
kecanduan internet. Mungkin banyak dari mereka yang berfikir bahwa jika mereka
menghabiskan waktu lebih banyak di dunia maya (chatting) mereka mampu
berinteraksi dengan baik. Anggapan tersebut ternyata salah besar, pada
penelitian yang dilakukan oleh saudara Heny,
Denok dan Luluk mereka membuktikan bahwa semakin tinggi kemampuan sosialisasi
maka semakin rendah kecanduan jejaring sosial. Mereka yang menghabiskan banyak
waktunya di dunia maya interaksi sosial dengan lingkungannya rendah, sedangkan
mereka yang banyak menghabiskan waktu dengan teman-temanya bahkan keluarganya
mempunyai kemampuan sosialisasi yang tinggi dan kecanduan jejaring sosial nya
rendah karena mereka menghabiskan banyak waktu di dunia nyata..
Bagaimana cara mengatasi mereka yang
kecanduan game online? Berdasarkan jurnal Pengembangan
konseling kelompok untuk peningkatan pengelolaan diri pada remaja yang
kecanduan game online peneliti menggunakan metode pendeketan konseling
kelompok. Pada kegiatan konseling kelompok setiap
individu mendapatkan kesempatan untuk menggali tiap masalah yang dialami
anggota. Kelompok dapat juga dipakai untuk belajar mengekspresikan perasaan,
menunjukan perhatian terhadap orang lain, dan berbagi pengalaman. Jadi mereka
dapat berbagi pengalaman dan bertukar pikiran untuk keluar dari masalah mereka.
Selain itu pada pengelolaan diri menunjukkan adanya kepastian proses alami dari
individual untuk mengarahkan dan mengontrol perilaku mereka sendiri yang
merupakan metode spesifik dalam pendekatan kognitif perilaku.
Lalu adakah
hubungannya self control dengan internet addiction?, mungkin mereka yang
kecanduan internet banyak bertanya-tanya. Berdasarkan penelitian saudara Sari, individu memiliki self control yang tinggi maka
internet addictionnya rendah sedangkan individu yang memiliki self controlnya
rendah internet addictionnya tinggi. Jadi mereka yang dapat mengandalikan self control
mereka maka internet addictionnya.
Daftar Pustaka :
Ningtyas, D.Y,
Sari. (2012). Hubungan Antara Self Control Dengan Internet Addiction Pada
Mahasiswa” Educational Psychology Journal
1 (1).
Pilpala, K.S,
Triharim. (2013). Pengembangan konseling kelompok untuk peningkatan pengelolaan
diri pada remaja yang kecanduan game online. Jurnal Sains Dan Praktik Psikologi, I, 89 – 99.
Nurmandia,
Heny., Wigati, Denok., Masluchah, Luluk. (2013). Hubungan Antara Kemampuan
Sosialisasi Dengan Kecanduan Jejaring Sosial, 04, 107-119.
0 comments :
Posting Komentar