#Pinternet: Internet Addiction (Review Jurnal)

by 21.12 0 comments



Internet merupakan hal yang dibutuhkan tetapi dapat juga merugikan seperti kecanduan internet. Internet addiction adalah pemakaian internet secara berlebihan yang ditandai dengan gejala-gejala klinis kecanduan, seperti keasyikan dengan objek candu, pemakaian yang lebih sering terhadap objek candu, tidak memperdulikan dampak fisik maupun psikologis pemakaian dan sebagainya. Internet Addiction Disorder (IAD) atau gangguan kecanduan internet meliputi segala macam hal yang berhubungan dengan internet seperti jejaring sosial, email, pornografi, judi online, game online, chatting dan lain-lain. Berdasarkan hasil analisis, maka dapat ditarik simpulan bahwa self control terhadap internet addiction pada mahasiswa Fakulatas Ilmu Pendidikan berada pada kategori rendah, hal ini berarti mahasiswa kurang mampu mengontrol perilaku dalam bermain internet yang berlebihan (waktu yang tidak terkontrol), kurang mampu dalam mengambil keputusan atau suatu tindakan yang cukup baik terhadap internet. Jika individu memiliki self control yang tinggi maka internet addictionnya rendah sedangkan individu yang memiliki self controlnya rendah internet addictionnya tinggi.

Pada jurnal saudara Heny, Denok dan Luluk mereka meneliti apakah ada hubungannya antara kemampuan sosialisasi dengan kecanduan jejaring sosial. Seperti biasa internet selain membawa dampak baik juga dapat membawa dampak buruk. Salah satunya kecanduan jejaring sosial, gejala kecanduan gangguan internet seperti suka lupa waktu, gejala menarik diri, munculnya sebuah kebutuhan konstan untuk meningkatkan waktu yang dihabiskan, kebutuhan akan peralatan komputer yang lebih baik dan aplikasi yang lebih banyak untuk dimiliki, sering berkomentar, berbohong, rendahnya prestasi, menutup diri secara sosial, dan kelelahan.  Dampak positifnya berkat situs jejaring sosial ini kita jadi lebih mudah berinteraksi dengan pengguna-pengguna lain yang memanfaatkan situs jejaring sosial ini untuk memperluas pergaulan. Pengguna dapat berhubungan dengan teman dan keluarga, dapat bertemu dan berhubungan dengan teman lama, berkenalan dengan teman dari sahabat, serta berkenalan dengan orang yang belum pernah dikenal sebelumnya. Sisi negatifnya adalah kita banyak kehilangan waktu yang bermanfaat, Kebingungan antara Dunia maya dengan Dunia Nyata, Meniru kekerasan dalam game online, kegagalan akademik, menolak untuk melakukan hal yang lain, mengikuti gaya-gaya yang didapatkannya, stress jika tidak ada internet dan efek stress yang dibawa itu menimbulkan penyakit ini yaitu aktivitas otak dan tekanan darah meningkat karena terisolir dari internet. Sosialisasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sosialisasi primer dan sekunder. Ciri-ciri kemampuan bersosialisasi yaitu, pelakunya lebih dari 2 orang atau lebih, terjadinya komunikasi antara pelaku melalui kontak sosial, memiliki tujuan yang jelas, dilaksanakan melalui pola sistem sosial tertentu. Kecanduan Jejaring sosial adalah suatu kondisi kronis dalam sistem motivasi dalam perilaku mencari kesamaan sosialitas, mulai dari yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga melalui internet. Berdasarkan penelitan di dapatkan kesimpulan bahwa semakin tinggi kemampuan sosialisasi maka semakin rendah kecanduan jejaring sosial. Hal ini menunjukkan bahwa remaja yang mempunyai tingkat kemampuan sosialisasi tinggi, maka semakin rendah Kecanduan Jejaring Sosial. Sehingga mudah baginya mengalihkan kegiatan bermain internet dengan berinteraksi sosial pada orang lain. Sebaliknya jika remaja mempunyai Kemampuan Sosialisasi rendah, maka semakin sering remaja menggunakan Jejaring Sosial, karena baginya banyak waktu kosong dan tidak adanya kegiatan membuat remaja itu mengisi waktunya yang kosong dengan bermain Jejaring Sosial sehingga Kemampuan sosialisasi terhadap masyarakat, keluarga, teman, dan lingkungan sekitar kurang
            Dua gejala yang men­jadi ciri utama kecanduan terhadap zat terla­rang adalah ketergantungan (dependence) dan penarikan (withdrawal). Akibat buruk kecanduan game online ini dapat dilihat lebih jelas jika kebiasaan ber­main mereka ini dikaitkan dengan masalah dalam kehidupan nyata sehari-hari seperti ma­salah akademis, masalah kesehatan, masalah keuangan dan masalah relasi. Kecanduan bermain online game pada remaja dapat dilihat dari beberapa gejala yang muncul. Pertama, remaja bermain online game seharian, dan sering bermain dalam jangka waktu lama (lebih dari tiga jam). Biasanya dalam waktu satu minggu remaja bisa meng­habiskan waktu sekitar 30 jam. Kedua, rema­ja bermain online game untuk kesenangan, cenderung seperti tak kenal lelah dan mudah tersinggung saat dilarang. Remaja yang kecan­duan tidak pernah menghiraukan larangan orang tua atau orang lain untuk mengurangi intensitas bermain internet game online, dan remaja cenderung berontak apabila dilarang untuk bermain. Ketiga, mengorbankan kegi-atan sosial, dan tidak mau mengerjakan akti­vitas lain. Para gamers bisa menghabiskan se­bagian besar waktunya hanya untuk bermain game dan tidak menghiraukan aktivitas lain yang penting baginya, seperti makan, minum, berinteraksi dengan teman sebaya atau bela­jar. Keempat, ingin mengurangi ketergantu-ngannya tapi tidak bisa. Seorang remaja yang kecanduan bisa menghabiskan waktu sehari semalam berada pada suatu rental untuk ber­main game online. Kecanduan yang berlebihan terhadap internet game online akan menyebab­kan remaja menjadi sangat cemas jika tidak bermain (Griffiths, 1995).
            Permasalahan kebi-asaan bermain game online disebabkan karena kontrol diri yang kurang terhadap tingkah laku individu. Sebagaimana gangguan ketergantungan lainnya, kecanduan pada game online dapat diatasi, mereka perlu belajar mengubah ting-kah lakunya dengan mengelola diri. Sehingga peneliti menggunakan metode Konseling Kelompok Dengan Strategi Pe-Ngelolaan Diri (KK-SPD). Pendekatan ini dirasakan lebih tepat karena cukup efektif memberikan kesem­patan kepada anggota kelompok berinteraksi antar pribadi yang khas, yang tidak mung­kin terjadi pada konseling individual. Pada kegiatan konseling kelompok setiap individu mendapatkan kesempatan untuk menggali tiap masalah yang dialami anggota. Kelompok dapat juga dipakai untuk belajar mengekspre­sikan perasaan, menunjukan perhatian terha­dap orang lain, dan berbagi pengalaman. Selain itu pada pengelolaan diri menunjukkan adanya kepastian proses alami dari individual untuk mengarahkan dan mengontrol perilaku mereka sendiri yang merupakan metode spesifik dalam pendekatan kognitif perilaku.
Berdasarkan ketiga jurnal yang telah saya rangkum, Internet Addiction merupakan sebuah fenomena dimana karateristik ketergantungaanya sama dengan kecanduan alcohol dan obat-obatan. Terdapat beberapa jenis ketergantungan diantaranya game online, chatting, dll. Semua yang sifatnya candu akan membawa dampak buruk.            
Biasanya kecanduan internet yang jenisnya sosial media banyak dialami oleh remaja, remaja yang sering kali menghabiskan waktunya lebih lama di dunia maya dibanding dunia nyata bisa jadi kecanduan internet. Mungkin banyak dari mereka yang berfikir bahwa jika mereka menghabiskan waktu lebih banyak di dunia maya (chatting) mereka mampu berinteraksi dengan baik. Anggapan tersebut ternyata salah besar, pada penelitian yang dilakukan oleh saudara Heny, Denok dan Luluk mereka membuktikan bahwa semakin tinggi kemampuan sosialisasi maka semakin rendah kecanduan jejaring sosial. Mereka yang menghabiskan banyak waktunya di dunia maya interaksi sosial dengan lingkungannya rendah, sedangkan mereka yang banyak menghabiskan waktu dengan teman-temanya bahkan keluarganya mempunyai kemampuan sosialisasi yang tinggi dan kecanduan jejaring sosial nya rendah karena mereka menghabiskan banyak waktu di dunia nyata..
Bagaimana cara mengatasi mereka yang kecanduan game online? Berdasarkan jurnal Pengembangan konseling kelompok untuk peningkatan pengelolaan diri pada remaja yang kecanduan game online peneliti menggunakan metode pendeketan konseling kelompok. Pada kegiatan konseling kelompok setiap individu mendapatkan kesempatan untuk menggali tiap masalah yang dialami anggota. Kelompok dapat juga dipakai untuk belajar mengekspre­sikan perasaan, menunjukan perhatian terha­dap orang lain, dan berbagi pengalaman. Jadi mereka dapat berbagi pengalaman dan bertukar pikiran untuk keluar dari masalah mereka. Selain itu pada pengelolaan diri menunjukkan adanya kepastian proses alami dari individual untuk mengarahkan dan mengontrol perilaku mereka sendiri yang merupakan metode spesifik dalam pendekatan kognitif perilaku.
Lalu adakah hubungannya self control dengan internet addiction?, mungkin mereka yang kecanduan internet banyak bertanya-tanya. Berdasarkan penelitian saudara Sari, individu memiliki self control yang tinggi maka internet addictionnya rendah sedangkan individu yang memiliki self controlnya rendah internet addictionnya tinggi. Jadi mereka yang dapat mengandalikan self control mereka maka internet addictionnya.

Daftar Pustaka :
Ningtyas, D.Y, Sari. (2012). Hubungan Antara Self Control Dengan Internet Addiction Pada Mahasiswa” Educational Psychology Journal 1 (1).
Pilpala, K.S, Triharim. (2013). Pengembangan konseling kelompok untuk peningkatan pengelolaan diri pada remaja yang kecanduan game online. Jurnal Sains Dan Praktik Psikologi, I, 89 – 99.

Nurmandia, Heny., Wigati, Denok., Masluchah, Luluk. (2013). Hubungan Antara Kemampuan Sosialisasi Dengan Kecanduan Jejaring Sosial, 04, 107-119.

Mega

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 comments :

Posting Komentar