HUBUNGAN
KESEHATAN MENTAL DENGAN KECERDASAN EMOSI
Pada postingan saya sebelumnya, saya
telah membahas tentang konsep dan definisi dari kesehatan mental. Dan pada
kesempatan kali ini saya akan menjelaskan hubungan antara kesehatan mental
dengan kecerdasan emosi.
1.
KESEHATAN MENTAL
ARTI KESEHATAN MENTAL. Ada hubungan
yang jelas antara konsep penyesuaian diri dan kesehatan mental, tetapi hubungan
tersebut tidak mudah ditetapkan. Pasti kesehatan mental merupakan kondisi yang
sangat dibutuhkan untuk penyesuaian diri yang baik, dan demikian juga
sebaliknya. Apabila seseorang bermental sehat, maka sedikit kemungkinan ia akan
mengalami ketidakmampuan menyesuaikan diri yang berat. Kita dapat berkata bahwa
kesehatan mental adalah kunci untuk penyesuaian diri yang sehat. Sehat (Health)
secara umum dapat dipahami sebagai kesejahteraan secara penuh (keadaan yang
sempurna) baik secara fisik, mental, maupun sosial, tidak hanya terbebas dari
penyakit atau keadaan lemah. Sedangkan di Indonesia, UU Kesehatan No. 23/ 1992
menyatakan bahwa sehat adalah suatu keadaan sehat secara fisik, mental, dan
sosial dimana memungkinkan setiap manusia untuk hidup produktif baik secara
sosial maupun ekonomis. World Health Organization (WHO, 2001), menyatakan bahwa
kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu,
yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan
yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan serta
di komunitasnya.
KESEHATAN MENTAL DAN EFISIENSI MENTAL.
Konsep kesehatan mental berhubungan erat dengan efisiensi mental, dan
kadang-kadang kedua konsep tersebut disamakan. Sudah pasti kesehatan dalam
bentuk apa pun merupakan dasar untuk efisiensi, dan Jones melihat efisiensi
sebagai salah satu di antara ketiga sisi kesehatan mental dan normalitas (kedua
segi yang lain adalah kebahagiaan dan adaptasi terhadap kenyataan). Tetapi,
konsep efisiensi mempunyai arti sendiri, yakni penggunaan kapasitas-kapasitas
untuk mencapai hasil sebail mungkin dalam keadaan yang ada pada waktu itu.
Efisiensi mental adalah penggunaan kapasitas-kapasitas kita secara efektif
untuk mengamati, membayangkan, belajar, berpikir, memilih dan juga
mengembangkan terus-menerus fungsi-fungsi mental sampai ke suatu tingkat
efisiensi yang lebih tinggi. Ini memerlukan, misalnya, penggunaan
prinsip-prinsip dan metode-metode belajar yang sedemikian rupa sehingga
meningkatkan kecepatan memperoleh pengetahuna atau keterampilan-keterampilan.
Bentuk tertinggi efisiensi mental
kemudian memerlukan kesehatan mental. Prasangka, permusuhan, proyeksi atau
kecemasan yang sangat dalam menyebabkan seseorang tidak dapat mengatur dan
mengendalikan pikirannya yang sangat dibutuhkan untuk efisiensi mental. Faktor-faktor
seperti ini adalah musuh logika dan kebeneran serta menghalangi seseorang untuk
meneliti dan belajar secara efektif atau merencanakan secara cerdas masa depan.
Dapat dilihat bahwa efisiensi mental berhubungan erat dengan kesehatan mental
sama seperti efisiensi fisik dengan kesehatan fisik. Sama seperti halnya
seorang anak kecil yang sakit tidak dapat bermain atau belajar dengan baik,
demikian juga orang yang mendapat gangguan mental tidak
Menurut Dr. Estefania Aldaba Lim
(1956), kesehatan mental tidak bisa didefinisikan secara sederhana. Kesehatan
mental adalah (1) Bukan penyesuaian diri dalam semua keadaan ; (2) Bukan bebas
dari kecemasan dan ketegangan; (3) Bukan bebas dari ketidakpuasaan; (4) Bukan
konformitas; (5) Bukan berkurangnya prestasi dan kreativitas; (6) Bukan tidak
adanya tabiat-tabiat pribadi yang aneh; (7) Bukan melainkan kekuasaan; (8)
Bukan bertentangan dengan nilai-nilai agama.
Kesehatan mental tidak hanya jiwa yang
sehat berada dalam tubuh yang sehat (mens sana in corpore sano), tetapi juga
suatu keadaan yang berhubungan erat dengan seluruh eksistensi manusia. Itulah
suatu keadaan kepribadian yang bercirikan kemampuan seseorang untuk menghadapi
kenyataan dan untuk berfungsi secara efektif dalam suatu masyarakat yang
dinamis.
2.
KECERDASAN EMOSI
1. Pengertian
Kecerdasan Emosi
“Emosi”
berasal dari bahasa latin yaitu movere, yang berarti “menggerakkan, bergerak” (Goleman,
2006). Menurut Goleman (2006) emosi adalah suatu perasaan dan pikiran yang khas,
suatu keadaan fisiologis dan biologis, dan serangkaian kecenderungan untuk
bertindak. Menurut Goleman (2006) kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk
mengendalikan impuls emosional, kemampuan untuk membaca perasaan orang lain,
dan kemampuan untuk membina hubungan yang baik dengan orang lain
2. Konsep Kecerdasan Emosional
Goleman
(2006) menyatakan bahwa konsep kecerdasan emosional meliputi lima wilayah utama,
yaitu :
a.
Mengenali
emosi diri
Kesadaran diri adalah kemampuan untuk
mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Ini merupakan dasar kecerdasan
emosional. Konsep ini meliputi kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke
waktu yang merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan pemahaman diri. Ketidakmampuan
untuk mengenali emosi diri kita yang sesungguhnya membuat kita berada dalam
kekuasaan perasaan. Orang yang memiliki keyakinan yang lebih tentang
perasaannya adalah sebuah pilot yang andal bagi kehidupan mereka. Karena mereka
mempunyai kepekaan yang lebih tinggi akan perasaan mereka yang sesungguhnya di
dalam pengambilan keputusankeputusan masalah pribadi, mulai dari masalah siapa
yang akan dinikahi sampai ke pekerjaan apa yang akan diambil.
b.
Mengelola
emosi
Bagaimana menangani perasaan agar
perasaan kita dapat terungkap dengan dengan pas adalah kecakapan yang
bergantung pada kesadaran diri. Pada konsep ini akan ditinjau kemampuan kita
untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan,
dan akibat-akibat yang akan timbul karena gagalnya keterampilan emosional dasar
ini. Orang-orang yang buruk kemampuannya dalam keterampilan ini akan terus
menerus bertarung melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar dapat
bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam
kehidupan.
c.
Memotivasi
diri sendiri
Menata emosi sebagai alat untuk
mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi
perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk
berkreasi. Kendali diri emosional yaitu menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan
dorongan hati adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Orangorang
yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam
hal apapun yang mereka kerjakan.
d.
Mengenali
emosi orang lain
Empati, kemampuan yang juga bergantung
pada kesadaran diri emosional, merupakan “keterampilan bergaul” dasar. Di sini
akan di teliti akar empati, biaya sosial akibat ketidakpedulian secara
emosional, dan alasan-alasan mengapa empati memupuk altruisme. Orang yang
berempatik akan lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi
yang mengisyaratkan apaapa yang dibutuhkan atau dikehendaki oleh orang lain.
Orang-orang seperti ini lebih cocok untuk pekerjaanpekerjaan keperawatan,
mengajar, penjualan, dan manajemen.
e.
Membina
hubungan Seni
membina hubungan, sebagian besar
merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain. Di konsep ini akan ditinjau keterampilan
dan ketidakterampilan sosial, dan keterampilanketerampilan tertentu yang
berkaitan. Ini merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan,
dan keberhasilan antar pribadi. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan ini
aakan sukses dalam bidang apapun yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan
orang lain, mereka ini adalah “bintang-bintang” nya dalam pergaulan.
2. Karakteristik
Kecerdasan Emosional
Menurut
Goleman (2006) karakteristik kecerdasan emosi itu meliputi :
a. Kesadaran diri
Kesadaran diri adalah kemampuan
individu untuk mengetahui apa yang dirasakan pada suatu saat dan menggunakannya
untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis
atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.
b. Pengaturan diri
Pengaturan diri yaitu kemampuan
individu menangani emosi sedemikian baik sehingga berdampak positif kepada
pelaksanaan tugasnya, Peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum
tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan.
c. Motivasi
Menggunakan hasrat yang paling dalam
untuk menggerakkan dan menuntun individu menuju sasaran, membantu individu
mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif dan untuk bertahan menghadapi
kegagalan dan frustrasi.
d. Empati
Empati adalah kemampuan untuk
merasakan yang dirasakan orang lain, mampu memahami perspektif mereka,
menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan
bermacam-macam orang.
e. Keterampilan social
Keterampilan sosial adalah kemampuan untuk
menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan
cermat membaca situasi dan jaringan sosial, mampu berinteraksi dengan lancar,
menggunakan keterampilan-keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin,
bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan serta untuk bekerja sama dan
bekerja dalam tim
4. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi
Goleman
(2006) menambahkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan
emosi seseorang, yaitu faktor yang bersifat bawaan atau genetik (temperamen),
faktor yang berasal dari lingkungan keluarga (cara asuh orang tua), dan faktor
pendidikan emosi yang diperoleh siswa di sekolah. Menurut Goleman (2006)
kecerdasan emosi itu tumbuh seiring pertumbuhan seseorang sejak lahir hingga ia
meninggal dunia.
3.
HUBUNGAN ANTARA KESEHATAN MENTAL DAN
KECERDASAN EMOSI
Dari penjelasan
diatas telah diketahui bahwa, satu sama lain saling mempengaruhi. Apabila
seseorang bermental sehat, maka sedikit kemungkinan ia akan mengalami
ketidakmampuan menyesuaikan diri yang berat. Kita dapat berkata bahwa kesehatan
mental adalah kunci untuk penyesuaian diri yang sehat. Dan penyesuaian diri
tergantung kecerdasan emosi yang kita miliki kenapa ? telah dikatakan diatas
ada 5 konsep dari kecerdasan emosi yaitu, mengenali emosi diri, mengelola
emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, membina hubungan
seni. Inti dari semua itu adalah, agar kita dapat mengendalikan emosi kita
supaya kita dapat berinteraksi dengan baik kepada orang lain. Kita dapat
menyesuaikan diri dengan baik apabila mampu berinteraksi dengan baik.
Dapat dikatakan
sangat berhubungan karna kecerdasan emosional adalah menggambarkan sejumlah
keterampilan yang berhubungan dengan keakuratan penilaian tentang emosi diri
sendiri dan orang lain, serta kemampuan mengelola perasaan untuk memotivasi,
merencanakan, dan meraih tujuan kehidupan.
Sumber Referensi
:
Semium, Yustinus.
2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kasinius.
Adek
Alhamri, M. Fakhrurrozi, Mpsi,Psi. Kecerdasan Emosi Pada Remaja Pelaku Tawuran.
Universitas Gundarma.
Mirisnya isu kesehatan mental masih melekat stigma negatif bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, jadi bagi yang mengalami penyakit mental merasa minder saat mau menggunakan layanan kesehatan mental. Tapi katanya dengan membaca artikel psikoedukasi secara intensif mampu menurunkan stigma sosial dan pribadi yang disematkan pada pengguna layanan kesehatan mental secara signifikan. Ini penelitiannya.
BalasHapus