Hubungan Kesehatan Mental Dengan Kecerdasan Emosi

by 15.01 1 comments
HUBUNGAN KESEHATAN MENTAL DENGAN KECERDASAN EMOSI




Pada postingan saya sebelumnya, saya telah membahas tentang konsep dan definisi dari kesehatan mental. Dan pada kesempatan kali ini saya akan menjelaskan hubungan antara kesehatan mental dengan kecerdasan emosi.

1.     KESEHATAN MENTAL

ARTI KESEHATAN MENTAL. Ada hubungan yang jelas antara konsep penyesuaian diri dan kesehatan mental, tetapi hubungan tersebut tidak mudah ditetapkan. Pasti kesehatan mental merupakan kondisi yang sangat dibutuhkan untuk penyesuaian diri yang baik, dan demikian juga sebaliknya. Apabila seseorang bermental sehat, maka sedikit kemungkinan ia akan mengalami ketidakmampuan menyesuaikan diri yang berat. Kita dapat berkata bahwa kesehatan mental adalah kunci untuk penyesuaian diri yang sehat. Sehat (Health) secara umum dapat dipahami sebagai kesejahteraan secara penuh (keadaan yang sempurna) baik secara fisik, mental, maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau keadaan lemah. Sedangkan di Indonesia, UU Kesehatan No. 23/ 1992 menyatakan bahwa sehat adalah suatu keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial dimana memungkinkan setiap manusia untuk hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomis. World Health Organization (WHO, 2001), menyatakan bahwa kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya.
KESEHATAN MENTAL DAN EFISIENSI MENTAL. Konsep kesehatan mental berhubungan erat dengan efisiensi mental, dan kadang-kadang kedua konsep tersebut disamakan. Sudah pasti kesehatan dalam bentuk apa pun merupakan dasar untuk efisiensi, dan Jones melihat efisiensi sebagai salah satu di antara ketiga sisi kesehatan mental dan normalitas (kedua segi yang lain adalah kebahagiaan dan adaptasi terhadap kenyataan). Tetapi, konsep efisiensi mempunyai arti sendiri, yakni penggunaan kapasitas-kapasitas untuk mencapai hasil sebail mungkin dalam keadaan yang ada pada waktu itu. Efisiensi mental adalah penggunaan kapasitas-kapasitas kita secara efektif untuk mengamati, membayangkan, belajar, berpikir, memilih dan juga mengembangkan terus-menerus fungsi-fungsi mental sampai ke suatu tingkat efisiensi yang lebih tinggi. Ini memerlukan, misalnya, penggunaan prinsip-prinsip dan metode-metode belajar yang sedemikian rupa sehingga meningkatkan kecepatan memperoleh pengetahuna atau keterampilan-keterampilan.
Bentuk tertinggi efisiensi mental kemudian memerlukan kesehatan mental. Prasangka, permusuhan, proyeksi atau kecemasan yang sangat dalam menyebabkan seseorang tidak dapat mengatur dan mengendalikan pikirannya yang sangat dibutuhkan untuk efisiensi mental. Faktor-faktor seperti ini adalah musuh logika dan kebeneran serta menghalangi seseorang untuk meneliti dan belajar secara efektif atau merencanakan secara cerdas masa depan. Dapat dilihat bahwa efisiensi mental berhubungan erat dengan kesehatan mental sama seperti efisiensi fisik dengan kesehatan fisik. Sama seperti halnya seorang anak kecil yang sakit tidak dapat bermain atau belajar dengan baik, demikian juga orang yang mendapat gangguan mental tidak
Menurut Dr. Estefania Aldaba Lim (1956), kesehatan mental tidak bisa didefinisikan secara sederhana. Kesehatan mental adalah (1) Bukan penyesuaian diri dalam semua keadaan ; (2) Bukan bebas dari kecemasan dan ketegangan; (3) Bukan bebas dari ketidakpuasaan; (4) Bukan konformitas; (5) Bukan berkurangnya prestasi dan kreativitas; (6) Bukan tidak adanya tabiat-tabiat pribadi yang aneh; (7) Bukan melainkan kekuasaan; (8) Bukan bertentangan dengan nilai-nilai agama.
Kesehatan mental tidak hanya jiwa yang sehat berada dalam tubuh yang sehat (mens sana in corpore sano), tetapi juga suatu keadaan yang berhubungan erat dengan seluruh eksistensi manusia. Itulah suatu keadaan kepribadian yang bercirikan kemampuan seseorang untuk menghadapi kenyataan dan untuk berfungsi secara efektif dalam suatu masyarakat yang dinamis.

2.     KECERDASAN EMOSI

1. Pengertian Kecerdasan Emosi
“Emosi” berasal dari bahasa latin yaitu movere, yang berarti “menggerakkan, bergerak” (Goleman, 2006). Menurut Goleman (2006) emosi adalah suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan fisiologis dan biologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Menurut Goleman (2006) kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengendalikan impuls emosional, kemampuan untuk membaca perasaan orang lain, dan kemampuan untuk membina hubungan yang baik dengan orang lain
 2. Konsep Kecerdasan Emosional
Goleman (2006) menyatakan bahwa konsep kecerdasan emosional meliputi lima wilayah utama, yaitu :
a.   Mengenali emosi diri
Kesadaran diri adalah kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Ini merupakan dasar kecerdasan emosional. Konsep ini meliputi kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu yang merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan pemahaman diri. Ketidakmampuan untuk mengenali emosi diri kita yang sesungguhnya membuat kita berada dalam kekuasaan perasaan. Orang yang memiliki keyakinan yang lebih tentang perasaannya adalah sebuah pilot yang andal bagi kehidupan mereka. Karena mereka mempunyai kepekaan yang lebih tinggi akan perasaan mereka yang sesungguhnya di dalam pengambilan keputusankeputusan masalah pribadi, mulai dari masalah siapa yang akan dinikahi sampai ke pekerjaan apa yang akan diambil.

b.   Mengelola emosi
Bagaimana menangani perasaan agar perasaan kita dapat terungkap dengan dengan pas adalah kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri. Pada konsep ini akan ditinjau kemampuan kita untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan, dan akibat-akibat yang akan timbul karena gagalnya keterampilan emosional dasar ini. Orang-orang yang buruk kemampuannya dalam keterampilan ini akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan.

c.    Memotivasi diri sendiri
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional yaitu menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Orangorang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan.

d.   Mengenali emosi orang lain
Empati, kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri emosional, merupakan “keterampilan bergaul” dasar. Di sini akan di teliti akar empati, biaya sosial akibat ketidakpedulian secara emosional, dan alasan-alasan mengapa empati memupuk altruisme. Orang yang berempatik akan lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apaapa yang dibutuhkan atau dikehendaki oleh orang lain. Orang-orang seperti ini lebih cocok untuk pekerjaanpekerjaan keperawatan, mengajar, penjualan, dan manajemen.

e.   Membina hubungan Seni
membina hubungan, sebagian besar merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain. Di konsep ini akan ditinjau keterampilan dan ketidakterampilan sosial, dan keterampilanketerampilan tertentu yang berkaitan. Ini merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antar pribadi. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan ini aakan sukses dalam bidang apapun yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain, mereka ini adalah “bintang-bintang” nya dalam pergaulan.
2. Karakteristik Kecerdasan Emosional
Menurut Goleman (2006) karakteristik kecerdasan emosi itu meliputi :
a.      Kesadaran diri
Kesadaran diri adalah kemampuan individu untuk mengetahui apa yang dirasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.
b.      Pengaturan diri
Pengaturan diri yaitu kemampuan individu menangani emosi sedemikian baik sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugasnya, Peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan.
c.       Motivasi
Menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun individu menuju sasaran, membantu individu mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustrasi.
d.      Empati
Empati adalah kemampuan untuk merasakan yang dirasakan orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.
e.      Keterampilan social
Keterampilan sosial adalah kemampuan untuk menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, mampu berinteraksi dengan lancar, menggunakan keterampilan-keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan serta untuk bekerja sama dan bekerja dalam tim
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi
Goleman (2006) menambahkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang, yaitu faktor yang bersifat bawaan atau genetik (temperamen), faktor yang berasal dari lingkungan keluarga (cara asuh orang tua), dan faktor pendidikan emosi yang diperoleh siswa di sekolah. Menurut Goleman (2006) kecerdasan emosi itu tumbuh seiring pertumbuhan seseorang sejak lahir hingga ia meninggal dunia.

3.     HUBUNGAN ANTARA KESEHATAN MENTAL DAN KECERDASAN EMOSI

Dari penjelasan diatas telah diketahui bahwa, satu sama lain saling mempengaruhi. Apabila seseorang bermental sehat, maka sedikit kemungkinan ia akan mengalami ketidakmampuan menyesuaikan diri yang berat. Kita dapat berkata bahwa kesehatan mental adalah kunci untuk penyesuaian diri yang sehat. Dan penyesuaian diri tergantung kecerdasan emosi yang kita miliki kenapa ? telah dikatakan diatas ada 5 konsep dari kecerdasan emosi yaitu, mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, membina hubungan seni. Inti dari semua itu adalah, agar kita dapat mengendalikan emosi kita supaya kita dapat berinteraksi dengan baik kepada orang lain. Kita dapat menyesuaikan diri dengan baik apabila mampu berinteraksi dengan baik.
Dapat dikatakan sangat berhubungan karna kecerdasan emosional adalah menggambarkan sejumlah keterampilan yang berhubungan dengan keakuratan penilaian tentang emosi diri sendiri dan orang lain, serta kemampuan mengelola perasaan untuk memotivasi, merencanakan, dan meraih tujuan kehidupan.

Sumber Referensi :

Semium, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kasinius.

Adek Alhamri, M. Fakhrurrozi, Mpsi,Psi. Kecerdasan Emosi Pada Remaja Pelaku Tawuran. Universitas Gundarma.

Mega

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

1 komentar :

  1. Mirisnya isu kesehatan mental masih melekat stigma negatif bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, jadi bagi yang mengalami penyakit mental merasa minder saat mau menggunakan layanan kesehatan mental. Tapi katanya dengan membaca artikel psikoedukasi secara intensif mampu menurunkan stigma sosial dan pribadi yang disematkan pada pengguna layanan kesehatan mental secara signifikan. Ini penelitiannya.

    BalasHapus